Jumat, 02 Mei 2014

Analisa Kadar Alkalinity Dalam Air

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan
Adapun tujuan praktikum alkalinity adalah :
a.         Menentukan sifat keasaman dan kebasahan senyawa-senyawa karbonat, bikarbonat dan hidroksida.
b.        Mengetahui jenis-jenis indikator dan penggunaan indikator.
c.         Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi alkalinity.
d.        Mampu menganalisa alkalinity dengan metode asidimetri.

1.2. Landasan Teori
1.2.1.            Pembuatan Aquadm (Aquademineralized) Dari Air AC (Air
Conditioner) Menggunakan Resin Kation Dan Anion

Pendahuluan
Air AC (Air Conditioner) merupakan suatu modifikasi pengembangan teknologi mesin pendingin yang dimanfaatkan untuk berbagai tujuan terutama yang bertempat tinggal di wilayah subtropis. AC membantu memberikan udara yang sejuk dan menyediakan uap air yang dibutuhkan bagi tubuh.
Dalam prosesnya, AC menghasilkan air yang merupakan hasil kondensasi atau pengembunan udara dari lingkungan sekitar sehingga mengandung sedikit mineral dan memiliki suhu rendah. Pada penelitian terdahulu air bebas mineral digunakan sebagai pemasok air pendingin primer Reaktor Serba Guna G. A. Siwabessy atau RSG-GAS (Lestari, 2007), dan karakteristik air murni dapat diketahui dengan pengukuran konduktivitas (Boulanger, 1997). Suatu air dapat dikatakan air bebas mineral apabila batas maksimal konduktivitasnya 5 μS (Lestari, 2007). Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan percobaan dengan menggunakan resin penukar ion untuk menurunkan nilai konduktivitas, TDS, pH serta kadar logam yang terdapat dalam air AC yang diambil dari pabrik Cocacola Ungaran, studio foto Walet Setiabudi dan Fine Jati Raya Banyumanik sehingga didapatkan air yang bebas mineral.
Pertukaran ion merupakan proses pertukaran kimia yaitu zat yang tidak dapat larut memisahkan ion bermuatan positif atau negatif dari larutan elektrolit dan  melepaskan ion bermuatan sejenis ke dalam larutan yang secara kimiawi jumlahnya sama. Proses pertukaran ion ini tidak menyebabkan perubahan struktur fisik dari resin penukar ion (Grinstead dan Pallman, 1993).

Metode Penelitian
Sampel
Sampel yang digunakan adalah air buangan AC (Air Conditioner) yang di dapat di Kecamatan Banyumanik, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah meliputi air AC yang berasal dari pabrik Cocacola di Ungaran (±50 meter dari jalan raya), studio foto Walet di Setiabudi (±15 meter dari jalan raya), dan tempat air isi ulang Fine di Jati Raya Banyumanik (±8 km dari jalan raya).

Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu: kolom penukar ion, buret, peralatan gelas laboratorium, pipet tetes, pH meter Hach EC20, statif, konduktometer PL-600, neraca analitis Mettler AT 200l, AAS PE 3110.

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan yaitu: resin zerolit 225 (bentuk-Na) sebagai penukar ion asam kuat, resin zerolit FF (bentuk-Cl) sebagai penukar ion basa kuat, HCl 2 M, NaOH 1 M, aqua DM, Na2SO4 0,25 M, NaOH 0,1 M, HCl 0,1M.
Penanganan Sampel
Pengukuran Uji daya hantar, TDS, pH, dan Temperatur
              Sebanyak 25 mL air AC (Air Conditioner) diukur daya hantar dan TDS (Total Dissolve Solid) dengan konduktometer PL-600, suhu serta pH dengan menggunakan pH meter Hach EC20 serta kadar Pb dengan AAS PE 3110.

Preparasi Resin Penukar Ion Dalam Kolom
              Sebanyak 30 gram resin dilarutkan dalam 100 mL aqua DM dan kocok selama beberapa menit. Dekantasi cairan segera setelah partikel-partikel yang lebih kasar turun ke bawah. Volume resin harus kirakira 25 mL. Cuci resin dengan aqua DM, biarkan turun dan dekantasi cairan supernatan. Proses diulangi hingga diperoleh cairan supernatan yang jernih. Pindahkan campuran resin ke dalam buret kemudian ditambah air ke dalam sebuah buret yang terdapat glasswool dibagian bawahnya. Pastikan tidak ada gelembung udara yang terbentuk di dalam resin. Cuci resin dalam kolom 1 kali dengan aqua DM. Permukaan cairan jangan sampai turun dibawah permukaan atas dari resin. Permukaan cairan sebaiknya kira-kira 1 cm di atasnya.

Penukaran Kation Asam Kuat
Resin yang telah dimasukkan ke dalam kolom ditambah dengan HCl 2 M dengan volume 250 mL dan dialirkan melalui kolom selama 25 – 30 menit. Kelebihan asam dialirkan keluar sampai diatas permukaan resin dan sisa asam yang tertinggal dibilas dengan aqua DM dengan perbandingan volume kira-kira 6:1 terhadap volume lapisan resin. Proses selesai jika 10 mL efluen terakhir memerlukan kurang dari 1 tetes NaOH 0,02 M. Resin kemudian dapat digunakan untuk menukarkan ion-ion hidrogennya dengan kation-kation pada larutan sampel
Penukaran Anion Basa Kuat
Resin yang telah dimasukkan ke dalam kolom  ditambah dengan NaOH 1 M dengan volume 100 mL dan dialirkan melalui kolom selama 10 – 15 menit. Resin kemudian dibilas agar bebas dari alkali dengan aqua DM yang bebas CO2 sebanyak 2 liter untuk 100 gram resin untuk mencegah resin berubah ke bentuk karbonat. Terjadi pertambahan volume sebanyak 20 % pada proses pengubahan resin dari bentuk klorida ke bentuk hidroksida.

Penentuan Kapasitas Resin Penukar Kation
Resin yang dihasilkan dari proses diatas, diletakkan dalam cawan penguapan dan ditutup dengan kaca arloji yang ditopang dua batang kaca, selanjutnya disimpan pada temperatur 25 – 35 oC selama 3 – 4 hari. Kapasitas resin yang dihasilkan akan tetap konstan selama jangka waktu yang lama jika disimpan dalam botol tertutup.
Sebagian kolom kecil diisi dengan aqua DM dengan menjaga agar semua udara yang terjebak dari bawah cakram kaca terdesak keluar. Ditimbang 0,5 gram resin kation kering dan dipindahkan ke dalam kolom. Tambahkan aqua DM secukupnya sampai menutupi resin. Gelembung udara yang terbentuk dikeluarkan dengan karet penghisap. Permukaan pada pipa keluar diatur sehingga cairan dalam kolom turun kira-kira sampai 1 cm di atas permukaan resin. Sebanyak Na2SO4 0,25 M ± 250 mL diteteskan dengan laju 2 mL/menit dan kumpulkan efluen dalam erlenmeyer 250 mL. Kapasitas resin ditentukan dalam miliekuivalen per gram dengan rumus av/W, a merupakan molaritas HCl, v merupakan volume HCl yang digunakan dalam titrasi dalam satuan mL, dan W merupakan bobot resin dalam satuan gram.


Penentuan Kapasitas Resin Penukar Anion
Resin dalam bentuk klorida diletakkan dalam cawan penguapan dan ditutup dengan kaca arloji yang ditopang dua batang kaca sehingga melindungi dari debu sambil memberi kesempatan udara beredar yang selanjutnya disimpan pada temperatur 25–35 oC selama 3–4 hari. Kapasitas resin yang dihasilkan akan tetap konstan selama jangka waktu yang lama jika disimpan dalam botol tertutup. Sebagian dari sebuah kolom kecil diisi dengan aqua DM dengan menjaga agar semua udara yang terjebak dari bawah cakram kaca terdesak keluar.
              Ditimbang 1 gram resin anion kering dan dipindahkan ke dalam kolom. Tambahkan aqua DM secukupnya sampai menutupi resin. Gelembung udara yang terbentuk dikeluarkan dengan karet penghisap. Permukaan pada pipa keluar diatur sehingga cairan dalam kolom turun kira-kira sampai 1 cm di atas permukaan resin. Sebanyak Na2SO4 0,25 M ± 250 mL diteteskan dengan laju 2 mL/menit dan kumpulkan efluen dalam erlenmeyer 250 mL. Kapasitas resin ditentukan dalam miliekuivalen per gram dengan rumus bv/W, b merupakan molaritas NaOH, v merupakan volume NaOH yang digunakan dalam titrasi dalam satuan mL, dan W merupakan bobot resin dalam satuan gram.

Pertukaran Kation-Anion Sampel dengan Resin
Resin dalam kolom dipastikan siap digunakan. Dialirkan 50 mL sampel melalui kolom dengan laju 2 mL/menit dan buang efluen. Selanjutnya 100 mL sampel dialirkan melalui kolom dengan laju sama dan tampung efluen yang terbentuk. Konduktivitas, pH, dan TDS efluen diukur dan dibandingkan hasilnya dengan konduktivitas, pH, dan TDS akuades, aquabides, dan aqua DM. Sebaiknya efluen dalam kolom penukar kation dialirkan terlebih dahulu baru kemudian dialirkan ke dalam kolom penukar anion
Hasil dan Pembahasan
Preparasi Penukaran Resin Kation dan Anion
              Pertukaran resin anion dan kation dengan menggunakan kolom dengan panjang 50 cm dan diameter 2 cm yang berisi 30 gram resin. Resin yang digunakan yaitu resin kation dan anion yang memiliki diameter manik resin 0,61 ± 0,05 mn dan diatur pada kecepatan alir konstan 2 mL/menit. Volume yang digunakan sebanyak 300 mL akuades. Setelah resin kation dialiri HCl yang terdapat dalam kolom, resin kation mengalami perubahan warna yang semula berwarna coklat menjadi coklat tua. Perubahan warna yang terjadi ini disebabkan oleh HCl, HCl sendiri merupakan asam kuat. Diharapkan agar efluen yang keluar dari kolom harus sangat asam terhadap indikator jingga metil, sehingga resin dapat digunakan untuk menukarkan ion-ion hidrogen dengan kation-kation yang ada dalam larutan tersebut.
              Pada kolom yang berbeda, resin anion dialiri NaOH yang bersifat sebagai basa kuat. Kemudian resin dibilas dengan air yang terdeionisasi yang bebas dari karbon dioksida untuk mencegah resin berubah ke bentuk karbonat. Kemudian terjadi penambahan volume resin sebanyak 2 % pada pengubahan resin dari bentuk klorida ke bentuk hidroksida.

Penentuan Kapasitas Resin Penukar Kation dan Anion
              Kapasitas resin penukar ion adalah bilangan yang menyatakan jumlah banyaknya ion yang dapat dipertukarkan untuk setiap 1 (satu) gram resin atau tiap mililiter. Dengan berjalannya waktu penggunaan resin penukar ion, kemampuan tukar resin penukar ion semakin berkurang dan lama kelamaan tidak mampu lagi mempertukarkan ion-ion pengotor didalam air dengan H+ maupun OH- dari resin penukar ion. Sehingga dilakukan regenerasi, dimana regenerasi berlangsung menurut reaksi sebagai berikut :
Na- resin  +  HCl     →   H-resin    +  NaCl
(resin penukar kation)
Cl- resin   + NaOH   →  OH-resin +  NaCl
(resin penukar anion)

Resin kering yang didapat pada resin kation berbeda dengan resin anion. Resin kering kation terbentuk selama 3 hari sedangkan resin kering anion terbentuk selama 4 hari. Ini mengalami perbedaan masa pengeringan diakibatkan karena volume air yang berada pada gelas beker pada resin tersebut berbeda, sehingga lama pengeringan juga berbeda. Pada penentuan kapasitas resin kation dengan mengalirkan Na2SO4 250 ml dan dititrasi dengan NaOH dihentikan pada saat volume 25 mL karena menunjukkan perubahan warna menjadi merah muda. Sehingga diperoleh nilai kapasitas resin kation sebesar 1,5 miliekuivalen/gram. Ini menunjukkan bahwa kapasitas resin kation semakin asam.
Resin anion kering dimasukkan ke dalam kolom dan dialiri dengan Na2SO4, resin yang berada di atas permukaan berubah warna sebagian menjadi warna hijau, dan diperoleh nilai kapasitas resin kation sebesar 5 miliekuivalen/gram. Ini menunjukkan bahwa kapasitas resin anion semakin basa. Kapasitas pertukaran ion total dari suatu resin bergantung pada jumlah total gugus-gugus aktif ion per satuan bobot bahan itu dan semakin banyak jumlah ionion itu, semakin besar kapasitasnya (Vogel, 1994).

Pertukaran Kation-Anion Sampel dengan Resin
Aplikasi teknik kolom yang digunakan pada pertukaran kation dan anion terhadap sampel air AC dengan menggunakan kolom dengan panjang 50 cm dan diameter 2 cm yang berisi 30 gram resin. Volume yang digunakan sebanyak 300 ml sampel air AC dengan kecepatan alir konstan 2 mL/menit yang dialirkan keluar kolom sehingga diperoleh efluen-efluen yang ditampung dalam botol film. Kemudian dapat ditentukan nilai konduktivitasnya, pH, dan TDS. Air AC keluaran dari kolom dilakukan uji dengan konduktometer untuk mengetahui keberhasilan regenerasi tersebut.
Pengukuran konduktivitas suatu larutan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan larutan untuk mengalirkan arus listrik. Kemampuan ini tergantung pada kehadiran ion-ion, konsentrasi total ion, mobilitas, dan valensi, serta temperatur pada saat pengukuran. Penghantaran arus listrik terjadi karena perpindahan ion-ion bermuatan. Oleh karena itu, dengan mengetahui besaran konduktivitas akan diperoleh gambaran atau perkiraan kadar ion-ion yang terlarut dalam air. Konduktivitas air keluaran kolom resin penukar anion harus memiliki harga <5 μS/cm.  Jika harga konduktivitas air keluaran kolom resin penukar ion <5 μS/cm, menunjukan indikasi keberhasilan regenerasi resin penukar ion dan air ini dapat dikatakan air yang bebas mineral, yang artinya air AC memiliki daya hantar listrik yang rendah. Jika nilai konduktivitas lebih besar dari 5 μS/cm, ini menunjukkan bahwa air AC tersebut tidak dapat digunakan sebagai air yang bebas mineral karena memiliki kemampuan mengantarkan daya listrik yang besar. Dalam hal ini resin penukar ion telah aktif kembali dan mampu mempertukarkan ion pengotor yang ada di dalam air AC.
Sampel yang digunakan adalah sampel yang berbeda untuk membandingkan seberapa besar pengaruh letak pengambilan air AC dari jalan raya serta nilai konduktivitas pada air AC tersebut yaitu sampel air AC yang berasal dari pabrik Cocacola di Ungaran (±50 meter dari jalan raya), studio foto Walet di Setiabudi (±15 meter dari jalan raya), dan tempat air isi ulang Fine di Jati Raya Banyumanik (±8 km dari jalan raya).
Hasil data yang diperoleh dari penelitian pada sampel studio foto Walet di Setiabudi, air AC sebelum melewati resin diukur nilai konduktivitasnya memiliki nilai 74,5 μS dan nilai “total dissolved solid” atau TDS 37,1 ppm dengan pH 5,20. Terlihat bahwa air AC memiliki nilai konduktivitas yang cukup tinggi dan setelah sampel air AC melewati resin, baik resin kation maupun resin anion sampel air AC mengalami penurunan nilai konduktivitas 4,1 μS, TDS 2,3 ppm dan pH menjadi 7,42. Nilai “total dissolved solid” berjalan mengikuti konduktivitas, apabila konduktivitas tinggi maka padatan terlarut akan tinggi. Hasil pengukuran konduktivitas, TDS dan pH pada sampel studio foto Walet di Setiabudi ditampilkan pada gambar 1.1 dan 1.2.
Gambar. 1.1 Grafik hubungan konduktivitas dengan volume pengambilan pada sampel air AC di Walet Setiabudi (kecepatan alir 2mL/menit dengan sampel awal = 74,5 μS)

Gambar. 1.2 Grafik hubungan TDS dengan volume pengambilan pada sampel air AC di Walet Setiabudi (kecepatan alir 2mL/menit dengan sampel awal = 37,1 ppm).
Dari grafik yang diperoleh terlihat bahwa air AC yang telah melewati resin kation kemudian diteruskan ke resin anion memiliki hasil yang baik dibandingkan apabila hanya melewati resin kation maupun anion saja.
Nilai konduktivitas yang rendah menunjukkan bahwa air AC merupakan air yang bebas kandungan ion sehingga tidak mengantarkan arus listrik dan air AC ini dapat dikatakan air murni atau air bebas mineral. Sampel yang diambil dari pabrik Cocacola di Ungaran menunjukkan hasil yang cukup baik, dimana air AC sebelum dilewati resin memiliki nilai konduktivitas 78,16 μS, padatan terlarut atau TDS 39,1 ppm dan pH 5,80 dimana pH menunjukkan sifat larutan air AC asam. Setelah melewati resin anion dan kation nilai konduktivitas turun menjadi 3,1 μS, TDS 1,7 ppm dan pH 7,09. Pada saat pengambilan pertama efluen air AC bersifat basa, ini terjadi karena air AC mendapatkan ion hidroksida dari NaOH yang terdapat pada resin anion, ion hidroksida yang terikat pada resin menempel pada air AC sehingga efluen air AC menjadi basa dan kemudian setelah mencapai titik kesetimbangan air AC memilki pH ± 7. Hasil pengukuran konduktivitas, TDS dan pH pada sampel pabrik Cocacola di Ungaran ditampilkan pada gambar 1.3 dan 1.4.
Gambar. 1.3 Grafik hubungan konduktivitas dengan volume pengambilan pada sampel air AC di CocaCola Ungaran (kecepatan alir 2mL/menit dengan sampel awal = 78,16 μS).
Gambar. 1.4 Grafik hubungan TDS dengan volume pengambilan pada sampel air AC di CocaCola Ungaran (kecepatan alir 2mL/menit dengan sampel awal = 39,1 ppm).

Sampel yang diperoleh dari air minum isi ulang Fine Jati Raya Banyumanik menunjukkan hasil konduktivitas 9,8 μS, 19,7 ppm dan pH 6,74. Setelah dilewati resin baik resin anion maupun kation menghasilkan konduktivitas 5,87 μS, 2,88 ppm dan pH 7,71. Hasil pengukuran konduktivitas, TDS dan pH pada sampel Fine Jati Raya Banyumanik ditampilkan pada gambar 1.5 dan 1.6.

Gambar. 1.5 Grafik hubungan konduktivitas dengan volume pengambilan pada sampel air AC di air isi ulang Fine Banyumanik (kecepatan alir 2mL/menit dengan sampel awal = 19,7 μS)
Gambar. 1.6 Grafik hubungan TDS dengan volume pengambilan pada sampel air AC di air isi ulang Fine Banyumanik (kecepatan alir 2mL/menit dengan sampel awal = 9,8 ppm).

Dari ketiga sampel air AC menunjukkan bahwa harga konduktivitas air keluaran kolom penukar kation maupun anion cenderung tinggi tetapi selang beberapa waktu akan mengalami penurunan hingga didapatkan suatu harga yang stabil. Hal ini disebabkan belum terpenuhinya waktu kontak antra resin dengan air
sehingga reaksi pertukaran ion antara kation dan anion dari air dengan kation dan anion resin penukar ion belum terjadi. Setelah selang beberapa waktu air keluaran dari kolom penukar ion cenderung stabil. Sebagai indikasi regenerasi resin penukar ion pada air AC adalah harga konduktivitas keluaran kolom resin penukar anion.
Dari data yang didapat pH air keluaran kolom penukar kation mengalami penurunan (air bersifat asam). Hal ini disebabkan karena setelah air melalui kolom resin penukar kation, semua pengotor kation air akan dipertukarkan dengan H+ dari resin penukar kation, sehingga terjadi pelepasan H+ dari resin penukar kation dan air keluaran kolom resin penukar kation bersifat asam. Pada pH air keluaran kolom resin penukar anion mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan pada saat air melalui kolom resin penukar anion, anion pengotor air akan dipertukarkan dengan OH- dari resin penukar anion, sehingga terjadi pelepasan OH- dari resin penukar anion. Oleh karena itu air setelah melewati kolom resin penukar anion mempunyai pH mendekati pH netral atau sedikit basa. Konduktivitas air keluaran kolom penukar kation mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena air pada saat melewati kolom resin penukar kation terjadi pertukaran kation pengotor air dengan H+ dari resin penukar kation, sehingga terjadi pelepasan ion H+ dari resin penukar kation yang mempunyai daya hantar lebih kecil daripada kation pengotor air. Oleh karena itu konduktivitas air keluaran kolom resin penukar kation mengalami kenaikan.
Konduktivitas air setelah melewati kolom resin penukar anion mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pada saat air melewati kolom resin penukar anion terjadi pertukaran kation pengotor air dengan ion OH- dari resin penukar anion. Hasil data yang diperoleh dari ketiga sampel menunjukkan perbedaan nilai konduktivitas, TDS dan pH. Dari ketiga sampel yang digunakan, sampel air AC dari pabrik Cocacola Ungaran memiliki nilai konduktivitas yang sangat rendah dibandingkan sampel pada Walet Setiabudi dan Fina Banyumanik. Ini disebabkan karena resin yang bekerja pada proses pertukaran anion dan kation berjalan dengan optimal sehingga didapatkan air dengan konduktivitas yang rendah. Ketiga sampel tersebut masih dapat dikatakan sebagai air yang bebas mineral karena memenuhi syarat kualitas air demineralized.
Dari gambar diatas terlihat bahwa sampel air AC di Cocacola Ungaran memiliki nilai yang terbaik dengan nilai konduktivitas rendah serta pH 7,09, namun secara keseluruhan aquabides lebih baik dibandingkan aquades dan aqua demineralized. Sampel air AC yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan AAS untuk mengetahui seberapa besar kandungan logam Pb yang terdapat pada sampel air AC, baik sebelum melewati resin maupun setelah melewati resin. Analisis Pb dilakukan karena dimungkinkan logam yang terdapat pada air AC adalah Pb, Pb ini berasal dari polusi udara yang berasal dari kendaraan tempat sampel air AC tersebut diambil. Hasil analisis kadar Pb menggunakan instumentasi AAS dapat dilihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.2. Hasil Analisis Kadar Pb dengan AAS
Sampel
Kadar Pb
Setelah melewati resin
Setelah melewati resin
Pabrik Cocacola di Unggaran
0,3
Negatif
Studio Foto wallet di Setiabudi
Negatif
Negatif
Tempat isi ulang air minum fine di Jati Raya Banyumanik
Negatif
Negatif

Dari tabel 1.2 dapat dilihat, sampel air AC pada pabrik Cocacola di Ungaran sebelum melewati resin terdapat Pb sebesar 0,03 ppm yang mengartikan bahwa dalam air AC tersebut terdapat logam Pb dan setelah melewati resin kation dan anion sampel air AC tersebut tidak terdapat logam Pb sehingga air tersebut merupakan air yang bebas mineral. Sedangkan pada sampel air AC Walet Setiabudi dan Fine Banyumanik sebelum melewati resin dan setelah melewati resin tidak terdapat logam Pb, ini mengartikan bahwa di dalam air AC tersebut bebas dari logam sehingga dapat dikatakan air bebas mineral atau air demineralized.

Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1.      Sampel air AC dari studio foto Walet di Setiabudi memiliki nilai konduktivitas 4,1 μS, TDS 2,3 ppm dan pH menjadi 7,42. Sampel pabrik CocaCola di Ungaran 3,1 μS, TDS 1,7 ppm dan pH 7,09. Dan air minum isi ulang Fine Jati Raya Banyumanik konduktivitas 5,87 μS, 2,88 ppm dan pH 7,71.
2.      Kadar Pb sebesar 0,03 ppm hanya terdapat pada sampel pabrik Cocacola Ungaran dan dapat dihilangkan dengan resin sehingga menjadi 0 ppm.
3.      Air AC yang telah melalui pertukaran ion memiliki nilai konduktivitas dibawah 5 μS dan tidak mengandung logam Pb sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan aqua DM (aquademineralized).

1.2.2.   Limbah
Limbah adalah sisa hasil proses produksi baik yang dapat digunakan lagi (yang dapat didaur ulang) dan yang tidak dapat digunakan lagi (yang tidak dapat didaur ulang) yang dapat mengganggu, merusak ekosistem apabila dibiarkan. Limbah biasanya terdiri dalam wujud padat, cair dan gas.

1.2.2.1. Pengertian Limbah
       Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Limbah juga dapat disebut dengan sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar.

1.2.2.2. Jenis – jenis Limbah
       Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian :
1.    Limbah padat
            Pengertian limbah padat adalah termasuk limbah yang berwujud lumpur dan atau slurry. Contoh dari pembuangan limbah padat adalah pembuangan atau penempatan material sisa usaha dan atau kegiatan penambangan berupa limbah tambang ke dalam air dan atau sumber air. Limbah padat berupa sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kan-tong plastik, bekas kaleng minuman, bekas botol plastik air mineral, dan sebaginya. Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dan lain-lain.


2.   Limbah cair
            Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair. Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan logam. Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah. Limbah cair rumah tangga berupa; tinja, deterjen, oli bekas, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat membunuh mikroorganisme di dalam tanah. Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah.

3.    Limbah gas dan partikel
Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas, contoh : karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), dan sulfur oksida (SOx). Sejenis gas yang dapat membahayakan yang berasal atau dihasilkan oleh asap-asap baik dari asap kendaraan bermotor maupun asap-asap sisa pembakaran dari pabrik-pabrik tertentu. Jarang sekali kita temui keadaan dijalan yang bersih tanpa adanya polusi dari asap kendaraan bermotor. Polusi juga dapat menimbulkan penyakit, karena didalam polusi itu terkandung virus-virus.

4.    Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Merupakan sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat, konsentrasinya, dan jumlahnya secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan, merusak, dan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengelolaan Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3. Pengelolaan Limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah, menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan, memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatan kemampuan dan fungsi kualitas lingkungan.
Jika didasarkan asalnya, limbah dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a.   Limbah Organik
Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah pertanian berupa sisa tumpahan atau penyemprotan yang berlebihan, misalnya dari pestisida dan herbisida, begitu pula dengan pemupukan yang berlebihan. Limbah ini mempunyai sifat kimia yang setabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya. Sedangkan limbah rumah tangga dapat berupa padatan seperti kertas, plastik dan lain-lain, dan berupa cairan seperti air cucian, minyak goreng bekasdan lain-lain. Limbah tersebut ada yang mempunyai daya racun yang tinggi misalnya : sisa obat, baterai bekas, dan air aki. Limbah tersebut tergolong (B3) yaitu bahan berbahaya dan beracun, sedangkan limbah air cucian, limbah kamar mandi, dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis seperti bakteri, jamur, virus dan sebagainya.

b.   Limbah Anorganik
Limbah ini terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan. Limbah anorganik berasal dari sumber daya alamyang tidak dapat di uraikan dan tidak dapat diperbaharui. Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan anorganik, zat-zat tersebut adalah :
·      Garam anorganik seperti magnesium sulfat, magnesium klorida yang berasal dari kegiatan pertambangan dan industri.
·      Asam anorganik seperti asam sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji logam dan bahan bakar fosil.
Adapula limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol plastik, botol kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium. Jika berdasarkan sumbernya limbah dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
a)    Limbah Pabrik
Limbah ini bisa dikategorikan sebagai limbah yang berbahaya karena limbah ini mempunyai kadar gasyang beracun, pada umumnya limbah ini dibuang di sungai-sungai disekitar tempat tinggal masyarakat dan tidak jarang warga masyarakat mempergunakan sungai untuk kegiatan sehari-hari, misalnya MCK (Mandi, Cuci, Kakus) dan secara langsung gas yang dihasilkan oleh limbah pabrik tersebut dikonsumsi dan dipakai oleh masyarakat.
b)   Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga limbah ini bisa berupa sisa-sisa sayuran seperti wortel, kol, bayam, slada dan lain-lain bisa juga berupa kertas, kardus atau karton. Limbah ini juga memiliki daya racun tinggi jika berasal dari sisa obat dan aki.
c)    Limbah Industri
Limbah ini dihasilkan atau berasal dari hasil produksi oleh pabrik atau perusahaan tertentu. Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya asam anorganik dan senyawa orgaik, zat-zat tersebut jika masuk ke perairan maka akan menimbulkan pencemaran yang dapat membahayakan makluk hidup pengguna air tersebut misalnya, ikan, bebek dan makluk hidup lainnya termasuk juga manusia.

1.2.3.   Air
Air Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: Kep-02/Menklh/I/1988 adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber air yang terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk air yang terdapat di laut. Air juga banyak mendapat pencemaran. Berbagai jenis pencemaran air berasal dari :
a.    Sumber domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan dan sebagainya.
b.    Sumber non domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, serta sumber-sumber lainnya.

1.2.3.1.    Karakteristik Air
a.      Karakter fisik :
1.    Temperatur/suhu, berpengaruh terhadap reaksi kimia, reduksi kelarutan gas.
2.    Rasa dan bau, diakibatkan oleh senyawa-senyawa lain dalam air seperti gas H2S , NH3, senyawa fenol.
3.    Warna : air yang murni tidak berwarna, bening dan jernih, adanya warna pada air menunjukkan adanya senyawa lain yang masuk ke dalam air.
4.    Turbiditas/kekeruhan, karena adanya bahan dalam bentuk koloid dari partikel yang kecil, dan atau adanya pertumbuhan mikroorganisma.
5.    Solid, disebabkan oleh senyawa organik maupun anorganik dalm bentuk suspensi (larut). Jumlah total kandungan bahan terlarut = TDS (Total dissolve solid), sedangkan bahan yang tidak terlarut (terpisah dengan filtrasi atau sentrifugasi) = Suspended Solid (SS).

b.      Karakteristik kimia :
1.      pH, konsentrasi H+
2.      Potensial oksidasi-reduksi
3.      Alkalinitas
4.      Asiditas
5.      Kesadahan
6.      Dissolved Oxygen(DO)
7.      Oxygen Demand (BOD)
8.      Nitrogen (organik, anorganik)
9.      Pospat
10.  Klorida

c.       Karakteristik Biologi
Organisme yang ditemukan dalam perairan: bakteri, virus,algae, jamur, mikroinvertebrata (protozoa, serangga, cacing). Karakteristik biologi ditentukan dengan parameter yang disebut indeks biotik. Indeks ini menunjukkan ada tidaknya organisme.

1.2.3.2.     Jenis – Jenis Air
       Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air di bumi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
a.       Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis.
b.      Air Tanah Preatis
Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable.
c.       Air Tanah Artesis
Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.
d.      Air Permukaan
Air pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
·         Perairan Darat
Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa-rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya.
·         Perairan Laut
Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut yang berada di laut.

1.2.4.   Alkalinity
1.2.4.1   Pengertian Alkalinity
Alkalinity adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan bufer, alkalinity merupakan pertahanan air terhadap pengasaman. Alkalinity adalah hasil reaksi-reaksi terpisah dalam larutan hingga merupakan sebuah analisa “makro” yang menggabungkan beberapa reaksi. Alkalinity dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32- ), bikarbonat (HCO3- ), hidroksida (OH-) dan juga borat (BO33-), fosfat (PO43-),    silikat  dan sebagainya.
Dalam air alam alkaliniti sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat, dan sisanya oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu (siang hari) adanya ganggang dan lumut dalam air menyebabkan turunnya kadar karbon dioksida dan bikarbonat. Dalam keadaan seperti ini kadar karbonat dan hidrok­sida naik, dan menyebabkan pH larutan naik.
Kalau kadar alkalinity terlalu tinggi (dibandingkan dengan kadar Ca2+ dan Mg2+ yaitu kadar kesadahan) air menjadi agresip dan menyebabkan karat pada pipa, sebaliknya alkalinity yang rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak CaCO3 pada dinding pipa yang dapat memperkecil penampang basah pipa. Kadar alkalinity yang tinggi menunjukkan adanya senyawa garam dari asam lemah seperti asam asetat, propionat, amoniak dan sulfit (SO32-). Alkalinity juga merupakan para­meter pengontrol untuk anaerobik digester dan instalasi lumpur aktif.
Air yang sangat alkali atau bersifat basa sering mempunyai pH tinggi dan umumnya mengandung padatan terlarut yang tinggi. Sifat-sifat ini dapat menurunkan kegunaannya untuk keperluan dalam tangki uap, prosesing makanan dan sistem saluran air dalam kota. Alkalinitas memegang  peranan penting dalam penentuan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan ganggang dan kehidupan perairan lainnya. Pada umumnya, komponen utama yang memegang peran dalam menentukan alkalinitas perairan adalah ion bikarbonat, ion karbonat dan ion hidroksil, yang lainnya sedikit menyumbang alkalinitas adalah ammonia dan konyugat basa-basa dari asam-asam fosfat, silikat, borat dan asam-asam organik. Alkalinitas umumnya dinyatakan sebagai “alkalinitas fenolftalein” yaitu proses situasi dengan asam untuk mencapai pH 8,3 dimana HCO3- merupakan ion terbanyak, dan “alkalinitas total”, yang menyatakan situasi dengan asam menuju titik akhir indicator metal jingga (pH 4,3), yang ditunjukan oleh berubahnya kedua jenis ion karbonat dan bikarbonat menjadi CO2-
Kalau pH merupakan faktor intensitas, alkalinitas merupakan faktor kapasitas, dimana kapasitas itu merupakan kapasitas air tersebut untuk menetralkan asam. Oleh karena itu kadang-kadang penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak menjadi asam. Dalam kebanyakan air alami alkalinitas disebabkan oleh adanya HCO3- dan sedikit oleh adanya CO32- dan air dengan alkalinitas tinggi mempunyai konsentrasi karbon organik yang tinggi.
Dalam media dengan pH rendah, ion hydrogen dalam air mengurangi alkalinitas. Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH.  Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3).  Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm.

1.2.4.2  Jenis  - jenis Alkalinity
1. Alkalinity  phenolphatalein adalah alkalinity karbonat.
Anality karbonat meliputi karbonat dan bikarbonat. Bikarbonat masih merupakan ion penyusun alkalinity. Jadi sebenarnya konversi karbonat pada pH 8,3 ini hanya berlangsung setengahnya sehingga perlu ditambahkan asam (titran) untuk mengkonversi bikarbonat menjadi asam karbonat. Dengan kata lain, titrasi dilanjutkan dengan bantuan indikator methyl orange.
2. Alkalinity total
Perubahan warna akan terjadi pada pH 4,4. Penjumlahan dari jumlah titran yang terpakai pada penentuan nilai alkalinity phenolphatalein dengan jumlah titran pada pembentukan asam karbonat merupakan alkalinity total.

1.2.5    Asidimetri
1.2.5.1     Pengertian Asidimetri
      Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam.
1.2.5.2      Indikator dan Penggunaannya
       Adapun penggunaan indikator digunakan sebagai titrasi dalam asam basa dan untuk mengetahui apakah suatu titrasi telah habis bereaksi atau belum.
Tabel.1  Jenis Indikator dan Penggunaannya
NO
Nama
Rentang pH
Warna asam
Warna basa
1
Kuning metil
2 – 3
Merah
Kuning
2
Dinitrofenol
2,4 – 4,0
Tidak berwarna
Kuning
3
Jingga metil
3 – 4,5
Merah
Kuning
4
Merah metil
4,4 – 6,6
Merah
Kuning
5
Lakmus
6 – 8
Merah
Biru
6
Fenolftalein
8 – 10
Tidak berwarna
Merah
7
Timolftalein
10 – 12
Kuning
Ungu
8
Trinitrobenzena
12 -13
Tidak berwarna
Jingga




 BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan
Adapun tujuan praktikum alkalinity adalah :
a.         Menentukan sifat keasaman dan kebasahan senyawa-senyawa karbonat, bikarbonat dan hidroksida.
b.        Mengetahui jenis-jenis indikator dan penggunaan indikator.
c.         Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi alkalinity.
d.        Mampu menganalisa alkalinity dengan metode asidimetri.

1.2. Landasan Teori
1.2.1.            Pembuatan Aquadm (Aquademineralized) Dari Air AC (Air
Conditioner) Menggunakan Resin Kation Dan Anion

Pendahuluan
Air AC (Air Conditioner) merupakan suatu modifikasi pengembangan teknologi mesin pendingin yang dimanfaatkan untuk berbagai tujuan terutama yang bertempat tinggal di wilayah subtropis. AC membantu memberikan udara yang sejuk dan menyediakan uap air yang dibutuhkan bagi tubuh.
Dalam prosesnya, AC menghasilkan air yang merupakan hasil kondensasi atau pengembunan udara dari lingkungan sekitar sehingga mengandung sedikit mineral dan memiliki suhu rendah. Pada penelitian terdahulu air bebas mineral digunakan sebagai pemasok air pendingin primer Reaktor Serba Guna G. A. Siwabessy atau RSG-GAS (Lestari, 2007), dan karakteristik air murni dapat diketahui dengan pengukuran konduktivitas (Boulanger, 1997). Suatu air dapat dikatakan air bebas mineral apabila batas maksimal konduktivitasnya 5 μS (Lestari, 2007). Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan percobaan dengan menggunakan resin penukar ion untuk menurunkan nilai konduktivitas, TDS, pH serta kadar logam yang terdapat dalam air AC yang diambil dari pabrik Cocacola Ungaran, studio foto Walet Setiabudi dan Fine Jati Raya Banyumanik sehingga didapatkan air yang bebas mineral.
Pertukaran ion merupakan proses pertukaran kimia yaitu zat yang tidak dapat larut memisahkan ion bermuatan positif atau negatif dari larutan elektrolit dan  melepaskan ion bermuatan sejenis ke dalam larutan yang secara kimiawi jumlahnya sama. Proses pertukaran ion ini tidak menyebabkan perubahan struktur fisik dari resin penukar ion (Grinstead dan Pallman, 1993).

Metode Penelitian
Sampel
Sampel yang digunakan adalah air buangan AC (Air Conditioner) yang di dapat di Kecamatan Banyumanik, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah meliputi air AC yang berasal dari pabrik Cocacola di Ungaran (±50 meter dari jalan raya), studio foto Walet di Setiabudi (±15 meter dari jalan raya), dan tempat air isi ulang Fine di Jati Raya Banyumanik (±8 km dari jalan raya).

Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu: kolom penukar ion, buret, peralatan gelas laboratorium, pipet tetes, pH meter Hach EC20, statif, konduktometer PL-600, neraca analitis Mettler AT 200l, AAS PE 3110.

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan yaitu: resin zerolit 225 (bentuk-Na) sebagai penukar ion asam kuat, resin zerolit FF (bentuk-Cl) sebagai penukar ion basa kuat, HCl 2 M, NaOH 1 M, aqua DM, Na2SO4 0,25 M, NaOH 0,1 M, HCl 0,1M.
Penanganan Sampel
Pengukuran Uji daya hantar, TDS, pH, dan Temperatur
              Sebanyak 25 mL air AC (Air Conditioner) diukur daya hantar dan TDS (Total Dissolve Solid) dengan konduktometer PL-600, suhu serta pH dengan menggunakan pH meter Hach EC20 serta kadar Pb dengan AAS PE 3110.

Preparasi Resin Penukar Ion Dalam Kolom
              Sebanyak 30 gram resin dilarutkan dalam 100 mL aqua DM dan kocok selama beberapa menit. Dekantasi cairan segera setelah partikel-partikel yang lebih kasar turun ke bawah. Volume resin harus kirakira 25 mL. Cuci resin dengan aqua DM, biarkan turun dan dekantasi cairan supernatan. Proses diulangi hingga diperoleh cairan supernatan yang jernih. Pindahkan campuran resin ke dalam buret kemudian ditambah air ke dalam sebuah buret yang terdapat glasswool dibagian bawahnya. Pastikan tidak ada gelembung udara yang terbentuk di dalam resin. Cuci resin dalam kolom 1 kali dengan aqua DM. Permukaan cairan jangan sampai turun dibawah permukaan atas dari resin. Permukaan cairan sebaiknya kira-kira 1 cm di atasnya.

Penukaran Kation Asam Kuat
Resin yang telah dimasukkan ke dalam kolom ditambah dengan HCl 2 M dengan volume 250 mL dan dialirkan melalui kolom selama 25 – 30 menit. Kelebihan asam dialirkan keluar sampai diatas permukaan resin dan sisa asam yang tertinggal dibilas dengan aqua DM dengan perbandingan volume kira-kira 6:1 terhadap volume lapisan resin. Proses selesai jika 10 mL efluen terakhir memerlukan kurang dari 1 tetes NaOH 0,02 M. Resin kemudian dapat digunakan untuk menukarkan ion-ion hidrogennya dengan kation-kation pada larutan sampel
Penukaran Anion Basa Kuat
Resin yang telah dimasukkan ke dalam kolom  ditambah dengan NaOH 1 M dengan volume 100 mL dan dialirkan melalui kolom selama 10 – 15 menit. Resin kemudian dibilas agar bebas dari alkali dengan aqua DM yang bebas CO2 sebanyak 2 liter untuk 100 gram resin untuk mencegah resin berubah ke bentuk karbonat. Terjadi pertambahan volume sebanyak 20 % pada proses pengubahan resin dari bentuk klorida ke bentuk hidroksida.

Penentuan Kapasitas Resin Penukar Kation
Resin yang dihasilkan dari proses diatas, diletakkan dalam cawan penguapan dan ditutup dengan kaca arloji yang ditopang dua batang kaca, selanjutnya disimpan pada temperatur 25 – 35 oC selama 3 – 4 hari. Kapasitas resin yang dihasilkan akan tetap konstan selama jangka waktu yang lama jika disimpan dalam botol tertutup.
Sebagian kolom kecil diisi dengan aqua DM dengan menjaga agar semua udara yang terjebak dari bawah cakram kaca terdesak keluar. Ditimbang 0,5 gram resin kation kering dan dipindahkan ke dalam kolom. Tambahkan aqua DM secukupnya sampai menutupi resin. Gelembung udara yang terbentuk dikeluarkan dengan karet penghisap. Permukaan pada pipa keluar diatur sehingga cairan dalam kolom turun kira-kira sampai 1 cm di atas permukaan resin. Sebanyak Na2SO4 0,25 M ± 250 mL diteteskan dengan laju 2 mL/menit dan kumpulkan efluen dalam erlenmeyer 250 mL. Kapasitas resin ditentukan dalam miliekuivalen per gram dengan rumus av/W, a merupakan molaritas HCl, v merupakan volume HCl yang digunakan dalam titrasi dalam satuan mL, dan W merupakan bobot resin dalam satuan gram.


Penentuan Kapasitas Resin Penukar Anion
Resin dalam bentuk klorida diletakkan dalam cawan penguapan dan ditutup dengan kaca arloji yang ditopang dua batang kaca sehingga melindungi dari debu sambil memberi kesempatan udara beredar yang selanjutnya disimpan pada temperatur 25–35 oC selama 3–4 hari. Kapasitas resin yang dihasilkan akan tetap konstan selama jangka waktu yang lama jika disimpan dalam botol tertutup. Sebagian dari sebuah kolom kecil diisi dengan aqua DM dengan menjaga agar semua udara yang terjebak dari bawah cakram kaca terdesak keluar.
              Ditimbang 1 gram resin anion kering dan dipindahkan ke dalam kolom. Tambahkan aqua DM secukupnya sampai menutupi resin. Gelembung udara yang terbentuk dikeluarkan dengan karet penghisap. Permukaan pada pipa keluar diatur sehingga cairan dalam kolom turun kira-kira sampai 1 cm di atas permukaan resin. Sebanyak Na2SO4 0,25 M ± 250 mL diteteskan dengan laju 2 mL/menit dan kumpulkan efluen dalam erlenmeyer 250 mL. Kapasitas resin ditentukan dalam miliekuivalen per gram dengan rumus bv/W, b merupakan molaritas NaOH, v merupakan volume NaOH yang digunakan dalam titrasi dalam satuan mL, dan W merupakan bobot resin dalam satuan gram.

Pertukaran Kation-Anion Sampel dengan Resin
Resin dalam kolom dipastikan siap digunakan. Dialirkan 50 mL sampel melalui kolom dengan laju 2 mL/menit dan buang efluen. Selanjutnya 100 mL sampel dialirkan melalui kolom dengan laju sama dan tampung efluen yang terbentuk. Konduktivitas, pH, dan TDS efluen diukur dan dibandingkan hasilnya dengan konduktivitas, pH, dan TDS akuades, aquabides, dan aqua DM. Sebaiknya efluen dalam kolom penukar kation dialirkan terlebih dahulu baru kemudian dialirkan ke dalam kolom penukar anion
Hasil dan Pembahasan
Preparasi Penukaran Resin Kation dan Anion
              Pertukaran resin anion dan kation dengan menggunakan kolom dengan panjang 50 cm dan diameter 2 cm yang berisi 30 gram resin. Resin yang digunakan yaitu resin kation dan anion yang memiliki diameter manik resin 0,61 ± 0,05 mn dan diatur pada kecepatan alir konstan 2 mL/menit. Volume yang digunakan sebanyak 300 mL akuades. Setelah resin kation dialiri HCl yang terdapat dalam kolom, resin kation mengalami perubahan warna yang semula berwarna coklat menjadi coklat tua. Perubahan warna yang terjadi ini disebabkan oleh HCl, HCl sendiri merupakan asam kuat. Diharapkan agar efluen yang keluar dari kolom harus sangat asam terhadap indikator jingga metil, sehingga resin dapat digunakan untuk menukarkan ion-ion hidrogen dengan kation-kation yang ada dalam larutan tersebut.
              Pada kolom yang berbeda, resin anion dialiri NaOH yang bersifat sebagai basa kuat. Kemudian resin dibilas dengan air yang terdeionisasi yang bebas dari karbon dioksida untuk mencegah resin berubah ke bentuk karbonat. Kemudian terjadi penambahan volume resin sebanyak 2 % pada pengubahan resin dari bentuk klorida ke bentuk hidroksida.

Penentuan Kapasitas Resin Penukar Kation dan Anion
              Kapasitas resin penukar ion adalah bilangan yang menyatakan jumlah banyaknya ion yang dapat dipertukarkan untuk setiap 1 (satu) gram resin atau tiap mililiter. Dengan berjalannya waktu penggunaan resin penukar ion, kemampuan tukar resin penukar ion semakin berkurang dan lama kelamaan tidak mampu lagi mempertukarkan ion-ion pengotor didalam air dengan H+ maupun OH- dari resin penukar ion. Sehingga dilakukan regenerasi, dimana regenerasi berlangsung menurut reaksi sebagai berikut :
Na- resin  +  HCl     →   H-resin    +  NaCl
(resin penukar kation)
Cl- resin   + NaOH   →  OH-resin +  NaCl
(resin penukar anion)

Resin kering yang didapat pada resin kation berbeda dengan resin anion. Resin kering kation terbentuk selama 3 hari sedangkan resin kering anion terbentuk selama 4 hari. Ini mengalami perbedaan masa pengeringan diakibatkan karena volume air yang berada pada gelas beker pada resin tersebut berbeda, sehingga lama pengeringan juga berbeda. Pada penentuan kapasitas resin kation dengan mengalirkan Na2SO4 250 ml dan dititrasi dengan NaOH dihentikan pada saat volume 25 mL karena menunjukkan perubahan warna menjadi merah muda. Sehingga diperoleh nilai kapasitas resin kation sebesar 1,5 miliekuivalen/gram. Ini menunjukkan bahwa kapasitas resin kation semakin asam.
Resin anion kering dimasukkan ke dalam kolom dan dialiri dengan Na2SO4, resin yang berada di atas permukaan berubah warna sebagian menjadi warna hijau, dan diperoleh nilai kapasitas resin kation sebesar 5 miliekuivalen/gram. Ini menunjukkan bahwa kapasitas resin anion semakin basa. Kapasitas pertukaran ion total dari suatu resin bergantung pada jumlah total gugus-gugus aktif ion per satuan bobot bahan itu dan semakin banyak jumlah ionion itu, semakin besar kapasitasnya (Vogel, 1994).

Pertukaran Kation-Anion Sampel dengan Resin
Aplikasi teknik kolom yang digunakan pada pertukaran kation dan anion terhadap sampel air AC dengan menggunakan kolom dengan panjang 50 cm dan diameter 2 cm yang berisi 30 gram resin. Volume yang digunakan sebanyak 300 ml sampel air AC dengan kecepatan alir konstan 2 mL/menit yang dialirkan keluar kolom sehingga diperoleh efluen-efluen yang ditampung dalam botol film. Kemudian dapat ditentukan nilai konduktivitasnya, pH, dan TDS. Air AC keluaran dari kolom dilakukan uji dengan konduktometer untuk mengetahui keberhasilan regenerasi tersebut.
Pengukuran konduktivitas suatu larutan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan larutan untuk mengalirkan arus listrik. Kemampuan ini tergantung pada kehadiran ion-ion, konsentrasi total ion, mobilitas, dan valensi, serta temperatur pada saat pengukuran. Penghantaran arus listrik terjadi karena perpindahan ion-ion bermuatan. Oleh karena itu, dengan mengetahui besaran konduktivitas akan diperoleh gambaran atau perkiraan kadar ion-ion yang terlarut dalam air. Konduktivitas air keluaran kolom resin penukar anion harus memiliki harga <5 μS/cm.  Jika harga konduktivitas air keluaran kolom resin penukar ion <5 μS/cm, menunjukan indikasi keberhasilan regenerasi resin penukar ion dan air ini dapat dikatakan air yang bebas mineral, yang artinya air AC memiliki daya hantar listrik yang rendah. Jika nilai konduktivitas lebih besar dari 5 μS/cm, ini menunjukkan bahwa air AC tersebut tidak dapat digunakan sebagai air yang bebas mineral karena memiliki kemampuan mengantarkan daya listrik yang besar. Dalam hal ini resin penukar ion telah aktif kembali dan mampu mempertukarkan ion pengotor yang ada di dalam air AC.
Sampel yang digunakan adalah sampel yang berbeda untuk membandingkan seberapa besar pengaruh letak pengambilan air AC dari jalan raya serta nilai konduktivitas pada air AC tersebut yaitu sampel air AC yang berasal dari pabrik Cocacola di Ungaran (±50 meter dari jalan raya), studio foto Walet di Setiabudi (±15 meter dari jalan raya), dan tempat air isi ulang Fine di Jati Raya Banyumanik (±8 km dari jalan raya).
Hasil data yang diperoleh dari penelitian pada sampel studio foto Walet di Setiabudi, air AC sebelum melewati resin diukur nilai konduktivitasnya memiliki nilai 74,5 μS dan nilai “total dissolved solid” atau TDS 37,1 ppm dengan pH 5,20. Terlihat bahwa air AC memiliki nilai konduktivitas yang cukup tinggi dan setelah sampel air AC melewati resin, baik resin kation maupun resin anion sampel air AC mengalami penurunan nilai konduktivitas 4,1 μS, TDS 2,3 ppm dan pH menjadi 7,42. Nilai “total dissolved solid” berjalan mengikuti konduktivitas, apabila konduktivitas tinggi maka padatan terlarut akan tinggi. Hasil pengukuran konduktivitas, TDS dan pH pada sampel studio foto Walet di Setiabudi ditampilkan pada gambar 1.1 dan 1.2.
Gambar. 1.1 Grafik hubungan konduktivitas dengan volume pengambilan pada sampel air AC di Walet Setiabudi (kecepatan alir 2mL/menit dengan sampel awal = 74,5 μS)

Gambar. 1.2 Grafik hubungan TDS dengan volume pengambilan pada sampel air AC di Walet Setiabudi (kecepatan alir 2mL/menit dengan sampel awal = 37,1 ppm).
Dari grafik yang diperoleh terlihat bahwa air AC yang telah melewati resin kation kemudian diteruskan ke resin anion memiliki hasil yang baik dibandingkan apabila hanya melewati resin kation maupun anion saja.
Nilai konduktivitas yang rendah menunjukkan bahwa air AC merupakan air yang bebas kandungan ion sehingga tidak mengantarkan arus listrik dan air AC ini dapat dikatakan air murni atau air bebas mineral. Sampel yang diambil dari pabrik Cocacola di Ungaran menunjukkan hasil yang cukup baik, dimana air AC sebelum dilewati resin memiliki nilai konduktivitas 78,16 μS, padatan terlarut atau TDS 39,1 ppm dan pH 5,80 dimana pH menunjukkan sifat larutan air AC asam. Setelah melewati resin anion dan kation nilai konduktivitas turun menjadi 3,1 μS, TDS 1,7 ppm dan pH 7,09. Pada saat pengambilan pertama efluen air AC bersifat basa, ini terjadi karena air AC mendapatkan ion hidroksida dari NaOH yang terdapat pada resin anion, ion hidroksida yang terikat pada resin menempel pada air AC sehingga efluen air AC menjadi basa dan kemudian setelah mencapai titik kesetimbangan air AC memilki pH ± 7. Hasil pengukuran konduktivitas, TDS dan pH pada sampel pabrik Cocacola di Ungaran ditampilkan pada gambar 1.3 dan 1.4.
Gambar. 1.3 Grafik hubungan konduktivitas dengan volume pengambilan pada sampel air AC di CocaCola Ungaran (kecepatan alir 2mL/menit dengan sampel awal = 78,16 μS).
Gambar. 1.4 Grafik hubungan TDS dengan volume pengambilan pada sampel air AC di CocaCola Ungaran (kecepatan alir 2mL/menit dengan sampel awal = 39,1 ppm).

Sampel yang diperoleh dari air minum isi ulang Fine Jati Raya Banyumanik menunjukkan hasil konduktivitas 9,8 μS, 19,7 ppm dan pH 6,74. Setelah dilewati resin baik resin anion maupun kation menghasilkan konduktivitas 5,87 μS, 2,88 ppm dan pH 7,71. Hasil pengukuran konduktivitas, TDS dan pH pada sampel Fine Jati Raya Banyumanik ditampilkan pada gambar 1.5 dan 1.6.

Gambar. 1.5 Grafik hubungan konduktivitas dengan volume pengambilan pada sampel air AC di air isi ulang Fine Banyumanik (kecepatan alir 2mL/menit dengan sampel awal = 19,7 μS)
Gambar. 1.6 Grafik hubungan TDS dengan volume pengambilan pada sampel air AC di air isi ulang Fine Banyumanik (kecepatan alir 2mL/menit dengan sampel awal = 9,8 ppm).

Dari ketiga sampel air AC menunjukkan bahwa harga konduktivitas air keluaran kolom penukar kation maupun anion cenderung tinggi tetapi selang beberapa waktu akan mengalami penurunan hingga didapatkan suatu harga yang stabil. Hal ini disebabkan belum terpenuhinya waktu kontak antra resin dengan air
sehingga reaksi pertukaran ion antara kation dan anion dari air dengan kation dan anion resin penukar ion belum terjadi. Setelah selang beberapa waktu air keluaran dari kolom penukar ion cenderung stabil. Sebagai indikasi regenerasi resin penukar ion pada air AC adalah harga konduktivitas keluaran kolom resin penukar anion.
Dari data yang didapat pH air keluaran kolom penukar kation mengalami penurunan (air bersifat asam). Hal ini disebabkan karena setelah air melalui kolom resin penukar kation, semua pengotor kation air akan dipertukarkan dengan H+ dari resin penukar kation, sehingga terjadi pelepasan H+ dari resin penukar kation dan air keluaran kolom resin penukar kation bersifat asam. Pada pH air keluaran kolom resin penukar anion mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan pada saat air melalui kolom resin penukar anion, anion pengotor air akan dipertukarkan dengan OH- dari resin penukar anion, sehingga terjadi pelepasan OH- dari resin penukar anion. Oleh karena itu air setelah melewati kolom resin penukar anion mempunyai pH mendekati pH netral atau sedikit basa. Konduktivitas air keluaran kolom penukar kation mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena air pada saat melewati kolom resin penukar kation terjadi pertukaran kation pengotor air dengan H+ dari resin penukar kation, sehingga terjadi pelepasan ion H+ dari resin penukar kation yang mempunyai daya hantar lebih kecil daripada kation pengotor air. Oleh karena itu konduktivitas air keluaran kolom resin penukar kation mengalami kenaikan.
Konduktivitas air setelah melewati kolom resin penukar anion mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pada saat air melewati kolom resin penukar anion terjadi pertukaran kation pengotor air dengan ion OH- dari resin penukar anion. Hasil data yang diperoleh dari ketiga sampel menunjukkan perbedaan nilai konduktivitas, TDS dan pH. Dari ketiga sampel yang digunakan, sampel air AC dari pabrik Cocacola Ungaran memiliki nilai konduktivitas yang sangat rendah dibandingkan sampel pada Walet Setiabudi dan Fina Banyumanik. Ini disebabkan karena resin yang bekerja pada proses pertukaran anion dan kation berjalan dengan optimal sehingga didapatkan air dengan konduktivitas yang rendah. Ketiga sampel tersebut masih dapat dikatakan sebagai air yang bebas mineral karena memenuhi syarat kualitas air demineralized.
Dari gambar diatas terlihat bahwa sampel air AC di Cocacola Ungaran memiliki nilai yang terbaik dengan nilai konduktivitas rendah serta pH 7,09, namun secara keseluruhan aquabides lebih baik dibandingkan aquades dan aqua demineralized. Sampel air AC yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan AAS untuk mengetahui seberapa besar kandungan logam Pb yang terdapat pada sampel air AC, baik sebelum melewati resin maupun setelah melewati resin. Analisis Pb dilakukan karena dimungkinkan logam yang terdapat pada air AC adalah Pb, Pb ini berasal dari polusi udara yang berasal dari kendaraan tempat sampel air AC tersebut diambil. Hasil analisis kadar Pb menggunakan instumentasi AAS dapat dilihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.2. Hasil Analisis Kadar Pb dengan AAS
Sampel
Kadar Pb
Setelah melewati resin
Setelah melewati resin
Pabrik Cocacola di Unggaran
0,3
Negatif
Studio Foto wallet di Setiabudi
Negatif
Negatif
Tempat isi ulang air minum fine di Jati Raya Banyumanik
Negatif
Negatif

Dari tabel 1.2 dapat dilihat, sampel air AC pada pabrik Cocacola di Ungaran sebelum melewati resin terdapat Pb sebesar 0,03 ppm yang mengartikan bahwa dalam air AC tersebut terdapat logam Pb dan setelah melewati resin kation dan anion sampel air AC tersebut tidak terdapat logam Pb sehingga air tersebut merupakan air yang bebas mineral. Sedangkan pada sampel air AC Walet Setiabudi dan Fine Banyumanik sebelum melewati resin dan setelah melewati resin tidak terdapat logam Pb, ini mengartikan bahwa di dalam air AC tersebut bebas dari logam sehingga dapat dikatakan air bebas mineral atau air demineralized.

Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1.      Sampel air AC dari studio foto Walet di Setiabudi memiliki nilai konduktivitas 4,1 μS, TDS 2,3 ppm dan pH menjadi 7,42. Sampel pabrik CocaCola di Ungaran 3,1 μS, TDS 1,7 ppm dan pH 7,09. Dan air minum isi ulang Fine Jati Raya Banyumanik konduktivitas 5,87 μS, 2,88 ppm dan pH 7,71.
2.      Kadar Pb sebesar 0,03 ppm hanya terdapat pada sampel pabrik Cocacola Ungaran dan dapat dihilangkan dengan resin sehingga menjadi 0 ppm.
3.      Air AC yang telah melalui pertukaran ion memiliki nilai konduktivitas dibawah 5 μS dan tidak mengandung logam Pb sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan aqua DM (aquademineralized).

1.2.2.   Limbah
Limbah adalah sisa hasil proses produksi baik yang dapat digunakan lagi (yang dapat didaur ulang) dan yang tidak dapat digunakan lagi (yang tidak dapat didaur ulang) yang dapat mengganggu, merusak ekosistem apabila dibiarkan. Limbah biasanya terdiri dalam wujud padat, cair dan gas.

1.2.2.1. Pengertian Limbah
       Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Limbah juga dapat disebut dengan sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar.

1.2.2.2. Jenis – jenis Limbah
       Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian :
1.    Limbah padat
            Pengertian limbah padat adalah termasuk limbah yang berwujud lumpur dan atau slurry. Contoh dari pembuangan limbah padat adalah pembuangan atau penempatan material sisa usaha dan atau kegiatan penambangan berupa limbah tambang ke dalam air dan atau sumber air. Limbah padat berupa sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kan-tong plastik, bekas kaleng minuman, bekas botol plastik air mineral, dan sebaginya. Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dan lain-lain.


2.   Limbah cair
            Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair. Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan logam. Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah. Limbah cair rumah tangga berupa; tinja, deterjen, oli bekas, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat membunuh mikroorganisme di dalam tanah. Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah.

3.    Limbah gas dan partikel
Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas, contoh : karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), dan sulfur oksida (SOx). Sejenis gas yang dapat membahayakan yang berasal atau dihasilkan oleh asap-asap baik dari asap kendaraan bermotor maupun asap-asap sisa pembakaran dari pabrik-pabrik tertentu. Jarang sekali kita temui keadaan dijalan yang bersih tanpa adanya polusi dari asap kendaraan bermotor. Polusi juga dapat menimbulkan penyakit, karena didalam polusi itu terkandung virus-virus.

4.    Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Merupakan sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat, konsentrasinya, dan jumlahnya secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan, merusak, dan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengelolaan Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3. Pengelolaan Limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah, menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan, memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatan kemampuan dan fungsi kualitas lingkungan.
Jika didasarkan asalnya, limbah dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a.   Limbah Organik
Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah pertanian berupa sisa tumpahan atau penyemprotan yang berlebihan, misalnya dari pestisida dan herbisida, begitu pula dengan pemupukan yang berlebihan. Limbah ini mempunyai sifat kimia yang setabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya. Sedangkan limbah rumah tangga dapat berupa padatan seperti kertas, plastik dan lain-lain, dan berupa cairan seperti air cucian, minyak goreng bekasdan lain-lain. Limbah tersebut ada yang mempunyai daya racun yang tinggi misalnya : sisa obat, baterai bekas, dan air aki. Limbah tersebut tergolong (B3) yaitu bahan berbahaya dan beracun, sedangkan limbah air cucian, limbah kamar mandi, dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis seperti bakteri, jamur, virus dan sebagainya.

b.   Limbah Anorganik
Limbah ini terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan. Limbah anorganik berasal dari sumber daya alamyang tidak dapat di uraikan dan tidak dapat diperbaharui. Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan anorganik, zat-zat tersebut adalah :
·      Garam anorganik seperti magnesium sulfat, magnesium klorida yang berasal dari kegiatan pertambangan dan industri.
·      Asam anorganik seperti asam sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji logam dan bahan bakar fosil.
Adapula limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol plastik, botol kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium. Jika berdasarkan sumbernya limbah dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
a)    Limbah Pabrik
Limbah ini bisa dikategorikan sebagai limbah yang berbahaya karena limbah ini mempunyai kadar gasyang beracun, pada umumnya limbah ini dibuang di sungai-sungai disekitar tempat tinggal masyarakat dan tidak jarang warga masyarakat mempergunakan sungai untuk kegiatan sehari-hari, misalnya MCK (Mandi, Cuci, Kakus) dan secara langsung gas yang dihasilkan oleh limbah pabrik tersebut dikonsumsi dan dipakai oleh masyarakat.
b)   Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga limbah ini bisa berupa sisa-sisa sayuran seperti wortel, kol, bayam, slada dan lain-lain bisa juga berupa kertas, kardus atau karton. Limbah ini juga memiliki daya racun tinggi jika berasal dari sisa obat dan aki.
c)    Limbah Industri
Limbah ini dihasilkan atau berasal dari hasil produksi oleh pabrik atau perusahaan tertentu. Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya asam anorganik dan senyawa orgaik, zat-zat tersebut jika masuk ke perairan maka akan menimbulkan pencemaran yang dapat membahayakan makluk hidup pengguna air tersebut misalnya, ikan, bebek dan makluk hidup lainnya termasuk juga manusia.

1.2.3.   Air
Air Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: Kep-02/Menklh/I/1988 adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber air yang terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk air yang terdapat di laut. Air juga banyak mendapat pencemaran. Berbagai jenis pencemaran air berasal dari :
a.    Sumber domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan dan sebagainya.
b.    Sumber non domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, serta sumber-sumber lainnya.

1.2.3.1.    Karakteristik Air
a.      Karakter fisik :
1.    Temperatur/suhu, berpengaruh terhadap reaksi kimia, reduksi kelarutan gas.
2.    Rasa dan bau, diakibatkan oleh senyawa-senyawa lain dalam air seperti gas H2S , NH3, senyawa fenol.
3.    Warna : air yang murni tidak berwarna, bening dan jernih, adanya warna pada air menunjukkan adanya senyawa lain yang masuk ke dalam air.
4.    Turbiditas/kekeruhan, karena adanya bahan dalam bentuk koloid dari partikel yang kecil, dan atau adanya pertumbuhan mikroorganisma.
5.    Solid, disebabkan oleh senyawa organik maupun anorganik dalm bentuk suspensi (larut). Jumlah total kandungan bahan terlarut = TDS (Total dissolve solid), sedangkan bahan yang tidak terlarut (terpisah dengan filtrasi atau sentrifugasi) = Suspended Solid (SS).

b.      Karakteristik kimia :
1.      pH, konsentrasi H+
2.      Potensial oksidasi-reduksi
3.      Alkalinitas
4.      Asiditas
5.      Kesadahan
6.      Dissolved Oxygen(DO)
7.      Oxygen Demand (BOD)
8.      Nitrogen (organik, anorganik)
9.      Pospat
10.  Klorida

c.       Karakteristik Biologi
Organisme yang ditemukan dalam perairan: bakteri, virus,algae, jamur, mikroinvertebrata (protozoa, serangga, cacing). Karakteristik biologi ditentukan dengan parameter yang disebut indeks biotik. Indeks ini menunjukkan ada tidaknya organisme.

1.2.3.2.     Jenis – Jenis Air
       Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air di bumi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
a.       Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis.
b.      Air Tanah Preatis
Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable.
c.       Air Tanah Artesis
Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.
d.      Air Permukaan
Air pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
·         Perairan Darat
Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa-rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya.
·         Perairan Laut
Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut yang berada di laut.

1.2.4.   Alkalinity
1.2.4.1   Pengertian Alkalinity
Alkalinity adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan bufer, alkalinity merupakan pertahanan air terhadap pengasaman. Alkalinity adalah hasil reaksi-reaksi terpisah dalam larutan hingga merupakan sebuah analisa “makro” yang menggabungkan beberapa reaksi. Alkalinity dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32- ), bikarbonat (HCO3- ), hidroksida (OH-) dan juga borat (BO33-), fosfat (PO43-),    silikat  dan sebagainya.
Dalam air alam alkaliniti sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat, dan sisanya oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu (siang hari) adanya ganggang dan lumut dalam air menyebabkan turunnya kadar karbon dioksida dan bikarbonat. Dalam keadaan seperti ini kadar karbonat dan hidrok­sida naik, dan menyebabkan pH larutan naik.
Kalau kadar alkalinity terlalu tinggi (dibandingkan dengan kadar Ca2+ dan Mg2+ yaitu kadar kesadahan) air menjadi agresip dan menyebabkan karat pada pipa, sebaliknya alkalinity yang rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak CaCO3 pada dinding pipa yang dapat memperkecil penampang basah pipa. Kadar alkalinity yang tinggi menunjukkan adanya senyawa garam dari asam lemah seperti asam asetat, propionat, amoniak dan sulfit (SO32-). Alkalinity juga merupakan para­meter pengontrol untuk anaerobik digester dan instalasi lumpur aktif.
Air yang sangat alkali atau bersifat basa sering mempunyai pH tinggi dan umumnya mengandung padatan terlarut yang tinggi. Sifat-sifat ini dapat menurunkan kegunaannya untuk keperluan dalam tangki uap, prosesing makanan dan sistem saluran air dalam kota. Alkalinitas memegang  peranan penting dalam penentuan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan ganggang dan kehidupan perairan lainnya. Pada umumnya, komponen utama yang memegang peran dalam menentukan alkalinitas perairan adalah ion bikarbonat, ion karbonat dan ion hidroksil, yang lainnya sedikit menyumbang alkalinitas adalah ammonia dan konyugat basa-basa dari asam-asam fosfat, silikat, borat dan asam-asam organik. Alkalinitas umumnya dinyatakan sebagai “alkalinitas fenolftalein” yaitu proses situasi dengan asam untuk mencapai pH 8,3 dimana HCO3- merupakan ion terbanyak, dan “alkalinitas total”, yang menyatakan situasi dengan asam menuju titik akhir indicator metal jingga (pH 4,3), yang ditunjukan oleh berubahnya kedua jenis ion karbonat dan bikarbonat menjadi CO2-
Kalau pH merupakan faktor intensitas, alkalinitas merupakan faktor kapasitas, dimana kapasitas itu merupakan kapasitas air tersebut untuk menetralkan asam. Oleh karena itu kadang-kadang penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak menjadi asam. Dalam kebanyakan air alami alkalinitas disebabkan oleh adanya HCO3- dan sedikit oleh adanya CO32- dan air dengan alkalinitas tinggi mempunyai konsentrasi karbon organik yang tinggi.
Dalam media dengan pH rendah, ion hydrogen dalam air mengurangi alkalinitas. Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH.  Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3).  Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm.

1.2.4.2  Jenis  - jenis Alkalinity
1. Alkalinity  phenolphatalein adalah alkalinity karbonat.
Anality karbonat meliputi karbonat dan bikarbonat. Bikarbonat masih merupakan ion penyusun alkalinity. Jadi sebenarnya konversi karbonat pada pH 8,3 ini hanya berlangsung setengahnya sehingga perlu ditambahkan asam (titran) untuk mengkonversi bikarbonat menjadi asam karbonat. Dengan kata lain, titrasi dilanjutkan dengan bantuan indikator methyl orange.
2. Alkalinity total
Perubahan warna akan terjadi pada pH 4,4. Penjumlahan dari jumlah titran yang terpakai pada penentuan nilai alkalinity phenolphatalein dengan jumlah titran pada pembentukan asam karbonat merupakan alkalinity total.

1.2.5    Asidimetri
1.2.5.1     Pengertian Asidimetri
      Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam.
1.2.5.2      Indikator dan Penggunaannya
       Adapun penggunaan indikator digunakan sebagai titrasi dalam asam basa dan untuk mengetahui apakah suatu titrasi telah habis bereaksi atau belum.
Tabel.1  Jenis Indikator dan Penggunaannya
NO
Nama
Rentang pH
Warna asam
Warna basa
1
Kuning metil
2 – 3
Merah
Kuning
2
Dinitrofenol
2,4 – 4,0
Tidak berwarna
Kuning
3
Jingga metil
3 – 4,5
Merah
Kuning
4
Merah metil
4,4 – 6,6
Merah
Kuning
5
Lakmus
6 – 8
Merah
Biru
6
Fenolftalein
8 – 10
Tidak berwarna
Merah
7
Timolftalein
10 – 12
Kuning
Ungu
8
Trinitrobenzena
12 -13
Tidak berwarna
Jingga



 BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1.       Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum yaitu :
1.     Buret 50 ml                          1 buah
2.     statif                                     1 buah
3.     Gelas ukur 100 ml                3 buah
4.     Erlenmeyer 250 ml               3 buah
5.     Pipet tetes                             2 buah
6.     Pipet Volumetri 10 ml          1 buah
7.     Corong                                 1 buah
8.     Bola Hisap                            1 buah
9.     Tissu

2.2.       Bahan
Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut :
1.    H2SO4 0,02 N
2.    Indikator PP
3.    Indikator MO
4.    Aquades
5.    Sampel : Air minum dalam kemasan
·       Merek Aqua galon isi ulang
·       Merek Clean-Q
·       Merek Aqua

2.3.  Fungsi Alat dan Bahan
2.3.1. Fungsi Alat
a)      Buret
Buret berfungsi sebagai alat untuk menitrasi sampel yang akan dianalisa.
b)      Statif
        Statif berfungsi sebagai alat untuk menyanggah buret agar tetap tegak

c)      Gelas Ukur 100 ml
                                       Gelas ukur 100 ml digunakan sebagai tempat sementara untuk larutan H2SO4 sebelum dimasukkan kedalam buret .
d)     Pipet tetes
Pipet tetes berfungsi untuk memipet indikator yang akan digunakan dalam praktikum.

e)      Corong
Corong berfungsi sebagai alat bantu untuk memasukan larutan H2SO4 ke dalam buret agar tidak tumpah.

f)       Erlenmeyer
        Erlenmeyer berfungsi sebagai tempat untuk sampel yang akan dianalisa.

g)      Gelas ukur
Gelas ukur berfungsi sebagai tempat untuk mengukur  jumlah sampel yang akan dianalisa.

h)      Tissu
Tisu berfungsi untuk mengeringkan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum.

2.3.2.      Fungsi Bahan
a)      Larutan H2SO4 0,02 N
Larutan H2SO4 0,02 N berfungsi sebagai peniter
b)      Indikator PP
Indikator PP berfungsi sebagai indikator untuk penetapan nilai P Alkalinity.

c)      Indikator MO
Indikator MO digunakan sebagai indikator untuk penetapan nilai M Alkalinity

d)     Sampel
Adapun sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah air mineral merk Aqua, Clean-Q, dan Indodes.


 BAB  III
PROSEDUR KERJA

3.1              Prosedur Kerja P-Alkalinity, yaitu :
1.      Sampel dipipet sebanyak  100 ml dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml.
2.      Kemudian indikator pp ditambahkan sebanyak 2 tetes.
3.      Tidak terjadi perubahan warna, maka P-Alkalinity = 0.


3.2              Prosedur Kerja M-Alkalinity, yaitu :
1.         Sampel diukur sebanyak 100 ml, kemudian dituang kedalam Erlenmeyer 250 ml.
2.         Kemudian indikator MO ditambahkan sebanyak 2 tetes.
3.         Sampel dititrasi dengan H2SO4 0,02 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi jingga. Volume H2SO4 0,02 N yang terpakai dicatat.


 BAB V
DATA PENGAMATAN

5.1   P Alkalinity
NO.
SAMPEL
V Sampel (ml)
Indikator PP (tetes)
V H2SO4
(ml)
1.
Aquq Galon isi ulang
100
2
0
2.
Clean-Q
100
2
0
   3.
Aqua
100
2
0
Keterangan :
Ø  Aqua galon isi ulang + Indikator PPà larutan bening (tidak berwarna)
Ø  Clean-Q + Indikator PP à larutan bening (tidak berwarna)
Ø  Aqua  + Indikator PPà larutan bening (tidak berwarna)

5.2        M Alkalinity
NO.
SAMPEL
V Sampel (ml)
Indikator MO (tetes)
V H2SO4
(ml)
1.
Aquq Galon isi ulang
100
2
4,70
2.
Clean-Q
100
2
4
   3.
Aqua
100
2
4,10
Keterangan :                                       
Ø  Aqua galon isi ulang + Indikator MO à larutan kuning
                                  titrasi
     Larutan kuning                       Larutan orange
                             H2SO4 0,02N
       titrasi
Ø  Clean-Q + Indikator MO à larutan kuning                       larutan orange
                                                            H2SO4 0,02N
      titrasi
Ø  Aqua + Indikator MO à larutan kuning                            larutan orange
                                                            H2SO4 0,02N


 BAB VI
PENGOLAHAN DATA

6.1              Perhitungan P Alkalinity
                        Untuk percobaan ke-3 sampel, yaitu Aqua galon isi ulang, Qlean-Q dan Aqua tidak terjadi perubahan warna, sehingga nilai P = 0.
6.2              Perhitungan M Alkalinity
Rumus   M Alkalinity                    
·           M Alkalinity untuk Aqua
·            M Alkalinity untuk Qlean-Q
·           M Alkalinity untuk Indodes








6.3              Reaksi
1.    Dengan Indikator PP (C20H1404)
                   






2.  Dengan Indikator MO (C14H14N3Na2SO3)

          H
            H2O + Na2SO3                        N – N =                      = N(CH3)2
   Air                          Metil orange ( kuning )

                                               
          Na2SO3                        N = N                        N (CH3)2    +  H3O+       
                                                Orange                                              
                  Na2SO3                      N = N                        N (CH3)+ H2SO4

                                 H
Na2SO3                      N – N =                      = N(CH3)2 + SO4-
                  
  Metil orange ( kuning )









Tidak ada komentar:

Posting Komentar