BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan
Percobaan Praktikum
Pemisahan senyawa dengan metode
Hight Performance Liquid Chromatografy.
1.2
Prinsip Percobaan:
HPLC
menggunakan kolom yang mengandung partikel – partikel kecil – kecil dari fase
tetap dan karena luas permukaan yang lebih besar dari fase tetap maka sampel
dalam HPLC terpisah dengan sangat baik dengan efisiensi yang tinggi. Mekanisme
pemisahan yang berbeda dengan cepat dilakukan mengikatkan gugus – gugus kimia
yang berbeda pada permukaan partikel silica yang disebut fase terikat. Secara
teoritis HPLC itu identik dengan Liquid Solid Chromatografy dan ion exchange
Chromatografy.
1.3 Landasan
Teori
1.3.1 Penentuan
Kadar Glukosa Dan Fruktosa Pada Madu Randu dan
Madu Kelengkeng Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Pendahuluan
Glukosa yang terdapat di dalam madu berguna untuk
memperlancar kerja jantung dan dapat meringankan gangguan penyakit hati
(lever). Glukosa dapat diubah menjadi glikogen yang sangat berguna untuk
membantu kerja hati dalam menyaring racun-racun dari zat yang sering merugikan
tubuh. Selain itu, glukosa merupakan sumber energi untuk seluruh system jaringan
otot. Sedangkan, fruktosa disimpan sebagai cadangan dalam hati untuk digunakan bila
tubuh membutuhkan dan juga untuk mengurangi kerusakan hati. Fruktosa dapat
dikonsumsi oleh para penderita diabetes karena transportasi fruktosa ke sel-sel
tubuh tidak membutuhkan insulin, sehingga tidak mempengaruhi keluarnya insulin.
Di samping itu, kelebihan fruktosa adalah memiliki kemanisan 2,5 kali dari
glukosa.
Penentuan gula pereduksi selama ini dilakukan dengan
metode pengukuran konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan
refraktometri maupun berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida
tersebut (seperti metode Luff- Schorl, Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan
lainlain). Hasil analisisnya adalah kadar gula pereduksi total dan tidak dapat
menentukan gula pereduksi secara individual. Untuk menganalisis kadar
masing-masing dari gula pereduksi penyusun madu dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Metode ini
mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat digunakan pada senyawa dengan
bobot molekul besar dan dapat dipakai untuk senyawa yang tidak tahan panas.
Penentuan kadar glukosa dan fruktosa dengan
kromatografi ini juga harus mempertimbangkan berbagai hal antara lain pemilihan
detektor, kolom, pemilihan eluen, laju alir eluen serta suhu kolom. Ini disebabkan
karena hal-hal tersebut dapat mempengaruhi resolusi dari tiap-tiap komponen.
Bila dua puncak kromatogram dari dua komponen terpisah sempurna maka dikatakan
resolusi dua komponen tersebut sempurna. Pemisahan masing-masing komponen
dengan menggunakan alat KCKT harus dilakukan pada kondisi optimum. Pemisahan
yang baik adalah bila kromatogram masing-masing komponen tidak saling tumpang
tindih.
Materi Dan Metode
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : air deionisasi,
larutan standar glukosa 5 % dan larutan standar fruktosa 5 %. Sampel penelitian
adalah madu randu dan madu kelengkeng yang telah memenuhi standar SII dari merk
yang sama. Tiap jenis madu digunakan dua buah sampel dan tiap sampel dilakukan
pengukuran sebanyak dua kali.
Peralatan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain: Seperangkat alat KCKT (buatan ICI Instruments) yang dilengkapi dengan
detektor indeks bias (Shodex RI SE-61) serta integrator merek Shimadzu CR6A Chromatopac;
labu ukur 20 mL, 25 mL, 50 mL, pipet volume 1,0 mL, 2,5 mL, 5 mL, 10 mL, 25 mL,
2,5 mL, alat sentrifugasi, kertas saring 0,45 μm.
Cara Kerja
Pembuatan Larutan Standar
Larutan
standar glukosa dan fruktosa dibuat dengan konsentrasi masing-masing 5% b/v. Adapun
cara pembuatannya adalah sebagai berikut :
a. Masing-masing
senyawa (glukosa dan fruktosa) ditimbang sebanyak 1 g.
b. Senyawa-senyawa
tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 20 mL, kemudian ditambah aquades sampai
tanda batas (kadar glukosa dan fruktosa masing-masing 5 % b/v).
Penentuan Kondisi KCKT untuk Pemisahan Glukosa dan
Fruktosa
Kondisi analisis untuk penentuan kandungan glukosa dan
fruktosa pada sampel madu adalah pada kondisi pemisahan yang terbaik. Kondisi
tersebut tercapai jika hasil kromatogram masing-masing komponen tidak tumpang
tindih satu dengan yang lain. Kromatogram yang tidak tumpang tindih tersebut
salah satunya dapat dicapai dengan mengatur suhu kolom dan laju alir dari
eluen. Kondisi pemisahan dapat ditentukan pada saat pengukuran larutan standar,
di mana eluen yang digunakan adalah air deionisasi pada kolom metacarb 87C dan
dideteksi dengan menggunakan detektor indeks bias.
Pembuatan Kurva Standar
Larutan standar glukosa dan fruktosa 0,125 %
diinjeksikan sebanyak 20 μL dengan menggunakan auto syringe injector. Biarkan sampai
semua komponen keluar dan terpisah dari kolom. Waktu retensi untuk
masing-masing komponen (glukosa dan fruktosa) dicatat. Langkah tersebut
diulangi dengan menginjeksikan 20 μL larutan standar glukosa dan fruktosa 0,25
% kemudian dengan larutan standar 0,5 % dan 1 %. Plot hubungan antara konsentrasi
larutan standar dengan luas puncak dari masing-masing komponen.
Hasil Dan Pembahasan
Kromatografi Campuran Senyawa Standar
Penentuan Kondisi KCKT untuk Pemisahan Glukosa dan
Fruktosa
Pembuatan Kurva Standar
Kurva Standart Glukosa
Kurva Standart Fruktosa
Analisis Kuantitatif (Kadar Glukosa dan Fruktosa)
Simpulan Dan Saran
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemisahan
dan analisis kadar glukosa dan fruktosa pada madu randu dan madu kelengkeng
dapat dilakukan menggunakan teknik KCKT. Kolom yang digunakan adalah kolom
metacarb 87C dengan eluen air deionisasi. Kondisi operasional yang terbaik
diperoleh pada suhu kolom 80ºC dan laju alir 1 mL/menit dengan menggunakan detektor
indeks bias.
2.
Kadar glukosa pada madu randu adalah sebesar
27,31 % dan pada madu kelengkeng sebesar 28,09 %. Sedangkan kadar fruktosa pada
madu randu sebesar 40,99 % dan pada madu kelengkeng sebesar 40,03 %.
3. Kadar
glukosa dan fruktosa dari tiap-tiap sampel madu telah memenuhi syarat mutu madu
nasional (SII) dimana kadar gula pereduksi total pada madu randu sebesar 68,12
% dan pada madu kelengkeng sebesar 68,12 %.
Saran
1. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan senyawa sakarida lain selain
glukosa dan fruktosa dalam madu seperti sukrosa, maltosa,dan laktosa.
2. Perlu
dilakukan penelitian mengenai syarat mutu madu selain glukosa dan fruktosa untuk
menentukan kualitas madu seperti enzim, dan kadar dekstrin.
1.3.2 Kromatography
Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk
bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara
suatu rasa gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan rasa diam yang juga bisa
berupa cairan ataupun suatu padatan. Penemu Kromatografi adalah Tswett yang
pada tahun 1903, mencoba memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan menggunakan
suatu kolom yang berisi kapur (CaSO4). lstilah kromatografi
diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-daerah yang berwarna yang
bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir bersamaan, D.T. Day juga
menggunakan kromatografi untuk memisahkan fraksi-fraksi petroleum, namun Tswett
lah yang pertama diakui sebagai penemu dan yang menjelaskan tentang proses
kromatografi.
Penyelidikan
tentang kromatografi kendor untuk beberapa tahun sampai digunakan suatu teknik
dalam bentuk kromatografi padatan cair (LSC). Kemudian pada akhir tahun 1930 an
dan permulaan tahun 1940 an, kromatografi mulai berkembang. Dasar kromatografi
lapisan tipis (TLC) diletakkan pada tahun 1938 oleh Izmailov dan Schreiber, dan
kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun 1958. Hasil karya yang baik sekali
dari Martin dan Synge pada tahun 1941 (untuk ini mereka memenangkan Nobel)
tidak hanya mengubah dengan cepat kroinatografi cair tetapi seperangkat umum
langkah untuk pengembangan kromatografi gas dan kromatografi kertas. Pada tahun
1952 Martin dan James mempublikasikan makalah pertama mengenai kromatografi
gas. Diantara tahun 1952 dan akhir tahun 1960 an kromatografi gas dikembangkan
menjadi suatu teknik analisis yang canggih.
Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Pressure Liquid Chromatography (HPLC) merupakan
salah satu metode kimia dan fisikokimia. KCKT termasuk metode analisis terbaru
yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak cairan dan fasa diam cairan
atau padat. Banyak kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode lainnya
(Done dkk, 1974; Snyder dan Kirkland, 1979; Hamilton dan Sewell, 1982; Johnson
dan Stevenson, 1978). Kelebihan itu antara lain:
a.
mampu memisahkan
molekul-molekul dari suatu campuran
b.
mudah melaksanakannya
c.
kecepatan analisis dan
kepekaan yang tinggi
d.
dapat dihindari terjadinya
dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis
e.
Resolusi yang baik
f.
dapat digunakan
bermacam-macam detektor
g.
Kolom dapat digunakan
kembali
h.
mudah melakukan "sample
recovery"
Kromatografi cair, dalam praktek ditampilkan dalam kolom gelas
berdiameter besar, pada dasamya dibawah kondisi atmosfer. Waktu analisis lama
dan segala prosedur biasanya sangat membosankan. Pada akhir tahun 1960 an,
semakin banyak usaha dilakukan untuk pengembangan kromatografi cair sebagai
suatu teknik mengimbangi kromatografi gas. High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Penampilan Tinggi atau High
Preformance = Tekanan atau Kinerja Tinggi, High Speed = Kecepatan Tinggi dan
Modern = moderen) telah berhasil dikembangkan dari usaha ini. Kemajuan dalam
keduanya instrumentasi dan pengepakan kolom terjadi dengan cepatnya sehingga
sulit untuk mempertahankan suatu bentuk hasil keahlian membuat instrumentasi
dan pengepakan kolom dalam keadaan tertentu. Tentu saja, saat ini dengan teknik
yang sudah matang dan dengan cepat KCKT mencapai suatu keadaan yang sederajat
dengan kromatografi gas.
1.3.3 Jenis-jenis Kromatography
A.
Kromatografi padatan
cair (LSC)
Teknik
ini tergantung pada teradsorpsinya zat padat pada adsorben yang polar seperti
silika gel atau alumina. Kromatografi lapisan tipis (TLC) adalah salah satu
bentuk dari LSC. Dalam KCKT kolom dipadati atau dipak dengan partikel-partikel
micro or macro particulate or pellicular (berkulit tipis 37 -44 μ).Sebagian
besar dari KCKT sekarang ini dibuat untuk mencapai partikel-partikel
microparticulate lebih kecil dari 20μ . Teknik ini biasanya digunakan untuk zat
padat yang mudah larut dalam pelarut organik dan tidak terionisasi. Teknik ini
terutama sangat kuat untuk pemisahan isomer-isomer.
B.
Kromatografi partisi
Teknik ini tergantung pada
partisi zat padat diantara dua pelarut yang tidak dapat bercampur salah satu
diantaranya bertindak sebagai rasa diam dan yang lainnya sebagai fasa gerak.
Pada keadaan awal dari kromatografi cair (LSC), rasa diamnya dibuat dengan cara
yang sama seperti pendukung pada kromatografi gas (GC). Fasa diam (polar atau
nonpolar) dilapisi pada suatu pendukung inert dan dipak kedalam sebuah kolom.
Kemudian rasa gerak dilewatkan melalui kolom. Bentuk kromatografi partisi ini
disebut kromatografi cair cair (LLC). Untuk memenuhi kebutuhan akan kolom-kolom
yang dapat lebih tahan lama, telah dikembangkan pengepakan fase diam yang
berikatan secara kimia dengan pendukung inert. Bentuk kromatografi partisi ini
disebut kromatografi fase terikat (BPC = Bonded Phase Chromatography). BPC
dengan cepat menjadi salah satu bentuk yang paling populer dari KCKT.
Kromatografi partisi (LLC dan BPC), disebut "fase normal" bila fase
diam lebih polar dari fase gerak dan "fase terbalik" bila fase gerak
lebih polar dari pada fase diam.
C.
Kromatografi penukar
ion (IEC)
Teknik ini tergantung pada
penukaran (adsorpsi) ion-ion di antara fase gerak dan tempat-tempat berion dari
pengepak. Kebanyakan mesin-mesin berasal dari kopolimer divinilbenzen stiren
dimana gugus-gugus fungsinya telah ditambah. Asam sulfonat dan amin kuarterner
merupakan jenis resin pilihan paling baik untuk digunakan Keduanya, fase
terikat dan resin telah digunakan. Teknik ini digunakan secara luas dalam life
sciences dan dikenal untuk pemisahan asam-asam amino, teknik ini dapat dipakai untuk keduanya kation dan anion.
D.
Kromatografi eksklusi
Teknik ini unik karena
dalam pemisahan didasarkan pada ukuran molekul dari zat padat. Pengepak adalah
suatu gel dengan permukaan berlubang-lubang sangat kecil (porous) yang inert.
Molekul-rnolekul kecil dapat masuk dalarn jaringan dan ditahan dalam fase gerak
yang menggenang (stagnat mobile phase). Molekul- molekul yang lebih besar,
tidak dapat masuk kedalam jaringan dan lewat melalui kolom tanpa ditahan.
Kromatografi eksklusi rnernpunyai banyak nama, yang paling umum disebut
permeasi gel (GPC) dan filtrasi gel. Apapun namanya, mekanismenya tetap sama.
Dalam bidang biologi, Sephadex, suatu Cross-linked dextran gel, telah digunakan
secara luas, hanya pengepak keras dan semi keras (polistiren, silika, glass)
yang digunakan dalam KCKT. Dextran gel lunak tidak dapat menahan kinerja diatas
1 atau 2 atmosfer. Tenik ini dikembangkan untuk analisis polimer-polimer dan
bahan-bahan biologi, terutama digunakan untuk rnolekul-molekul kecil.
E.
Kromatografi pasangan
ion (IPC)
Kromatogtafi pasangan ion
sebagai penyesuaian terhadap KCKT termasuk baru, pemakaian pertama sekali pada
pertengahan tahun 1970. Diterimanya IPC sebagai metode baru KCKT merupakan
hasil kerja Schill dan kawan-kawan dan dari beberapa keuntungan yang unik. Kadang-kadang
IPC disebut juga kromatografi ekstraksi, kromatografi dengan suatu cairan
penukar ion dan paired ion chromatography (PIC). Setiap teknik-teknik ini
mempunyai dasar yang sama.
Popularitas IPC muncul
terutama sekali dari keterbatasan IEC dan dari sukanya menangani sampel-sampel
tertentu dengan metode-metode LC lainnya (seperti senyawa yang sangat polar,
senyawa yang terionisasi secara kompleks dan senyawa basa kuat).
IPC dapat dilaksanakan
dalam dua tipe yaitu fase normal dan fase balik. Fase diam dari rase balik IPC
dapat terdiri dari suatu pengepak silika yang disilanisasi (misalnya C8 atau
C18 Bonded Phase) atau dari suatu pengepak yang diperoleh secara mekanik, fase
organik yang tidak dapat bercampur dengan air seperti 1 pentanol. Fase diam yang
dipakai adalah Cs atau CIS BPC Packing. Fase gerak terdiri dari suatu larutan
bufer (ditambah suatu kosolven organik seperti metanol atau asetonitril untuk
pemisahan fase terikat) dan suatu penambahan ion tanding,yang muatannya
berlawanan dengan molekul sampel.
Sebagai contoh, untuk
pemisahan suatu kelompok asam-asam karboksilat menggunakan suatu fase gerak
yang dibufer pada pH 7,0 supaya semua senyawa- senyawa sampel berada dalam
bentuk RCOO (dilambangkan dengan R). Ion tanding dalam hal ini bisa berupa
tetrabutyl ammonium ion, BU4N+ (atau TBA+).Dalam hal yang paling
sederhana dari IPC, dapat dianggap bahwa sampel dan ion tanding dapat lama
hanya dalam fase gerak air, dan pasangan ion yang dibentuk dari ion-ion ini
dapat larut hanya dalam fase diam organik
1.3.4 HPLC
Kolom dan pelarut Membingungkan, ada dua perbedaan
dalam HPLC, yang mana tergantung pada
polaritas relatif dari pelarut dan fase diam.
Fase normal HPLC Ini secara esensial sama dengan apa yang sudah anda baca
tentang kromatografi lapis tipis atau kromatografi kolom. Meskipun disebut
sebagai âœnormalâ, ini bukan merupakan bentuk yang biasa dari HPLC. Kolom diisi dengan partikel silika
yang sangat kecil dan pelarut non polar misalnya heksan. Sebuah kolom sederhana
memiliki diameter internal 4.6 mm (dan mungkin kurang dari nilai ini) dengan
panjang 150 sampai 250 mm.Senyawa-senyawa polar dalam campuran melalui kolom
akan melekat lebih lama pada silika yang polar dibanding degan senyawa-senyawa
non polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat
melewati kolom.
Fase balik HPLC Dalam kasus ini, ukuran kolom sama,
tetapi silika dimodifikasi menjadi non polar melalui pelekatan rantai-rantai
hidrokarbon panjang pada permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon
8 atau 18. Sebagai contoh, pelarut polar digunakan berupa campuran air dan
alkohol seperti metanol. Dalam kasus ini, akan terdapat atraksi yang kuat
antara pelarut polar dan molekul polar dalam campuran yang melalui kolom.
Atraksi yang terjadi tidak akan sekuat atraksi antara rantai-rantai hidrokarbon
yang berlekatan pada silika (fase diam) dan molekul-molekul polar dalam
larutan.
Oleh
karena itu, molekul-molekul polar dalam campuran akan menghabiskan waktunya
untuk bergerak bersama dengan pelarut.Senyawa-senyawa non polar dalam campuran
akan cenderung membentuk atraksi dengan gugus hidrokarbon karena adanya
dispersi gaya van der Waals. Senyawa-senyawa ini juga akan kurang larut dalam
pelarut karena membutuhkan pemutusan ikatan hydrogen sebagaimana halnya senyawa-senyawa
tersebut berada dalam molekul-molekul air atau metanol misalnya. Oleh
karenanya, senyawa-senyawa ini akan menghabiskan waktu dalam larutan dan akan
bergerak lambat dalam kolom.Ini berarti bahwa molekul-molekul polar akan
bergerak lebih cepat melalui kolom. Fase balik HPLC adalah bentuk yang
biasa digunakan dalam HPLC. Melihat seluruh
proses diagram alir HPLC :
Injeksi
sample seluruhnya otomatis dan anda tidak akan mengharapkan bagaimana
mengetahui apa yang terjadi pada tingkat dasar. Karena proses ini meliputi
tekanan, tidak sama halnya dengan kromatografi gas (jika anda telah
mempelajarinya).
Waktu retensi Waktu yang dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju detektor disebut sebagai waktu retensi. Waktu retensi diukur berdasarkan waktu dimana sampel diinjeksikan sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum dari senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk beberapa senyawa, waktu retensi akan sangat bervariasi dan bergantung pada:
Waktu retensi Waktu yang dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju detektor disebut sebagai waktu retensi. Waktu retensi diukur berdasarkan waktu dimana sampel diinjeksikan sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum dari senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk beberapa senyawa, waktu retensi akan sangat bervariasi dan bergantung pada:
a.
tekanan yang digunakan (karena itu akan berpengaruh pada
laju alir dari pelarut)
b.
kondisi dari fase diam (tidak hanya terbuat dari material
apa, tetapi juga pada ukuran partikel)
c.
komposisi yang tepat dari pelarut
d.
temperatur pada kolom
Detektor
Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah
melewati kolom. Metode umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu
penggunaan serapan ultra-violet.Banyak senyawa-senyawa organik menyerap sinar
UV dari beberapa panjang gelombang. Jika anda menyinarkan sinar UV pada larutan
yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor pada sisi yang berlawanan, anda
akan mendapatkan pembacaan langsung berapa besar sinar yang diserap.
Jumlah cahaya yang diserap akan
bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang melewati melalui berkas pada waktu
itu. Anda akan heran mengapa pelarut yang digunakan tidak mengabsorbsi sinar
UV. Pelarut menyerapnya! Tetapi berbeda, senyawa-senyawa akan menyerap dengan
sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari specktrum UV. Misalnya, metanol, menyerap pada panjang
gelombang dibawah 205 nm dan air pada gelombang dibawah 190 nm. Jika anda
menggunakan campuran metanol-air sebagai pelarut, anda sebaiknya menggunakan
panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm untuk mencegah pembacaan yang
salah dari pelarut.
Interpretasi output dari detektor
Output
akan direkam sebagai rangkaian puncak-puncak, dimana masing-masing puncak
mewakili satu senyawa dalam campuran yang melalui detektor dan menerap sinar
UV. Sepanjang anda mengontrol kondisi kolom, anda dapat menggunakan waktu
retensi untuk membantu mengidentifikasi senyawa yang diperoleh, tentunya, anda
(atau orang lain) sudah mengukur senyawa-senyawa murninya dari berbagai senyawa
pada kondisi yang sama. Anda juga dapat menggunakan puncak sebagai jalan untuk
mengukur kuanti?tas dari senyawa yang dihasilkan. Mari beranggapan bahwa
tertarik dalam senyawa tertentu, X.
Jika
anda menginjeksi suatu larutan yang mengandung senyawa murni X yang telah
diketahui jumlahnya pada instrumen, anda tidak hanya dapat merekam waktu
retensi dari senyawa tersebut, tetapi anda juga dapat menghubungkan jumlah dari
senyawa X dengan puncak dari senyawa yang dihasilkan.Area yang berada dibawah
puncak sebanding dengan jumlah X yang melalui detektor, dan area ini dapat
dihitung secara otomatis melalui layar komputer. Area dihitung sebagai bagian
yang berwarna hijau dalam gambar (sangat sederhana). High-performance
liquid chromatography ( HPLC) adalah suatu format kolom chromatography yang
sering digunakan di ilmu kimia organik dan biokimia.
HPLC digunakan untuk memisahkan komponen
dari suatu campuran menggunakan berbagai interaksi kimia antara unsur yang
sedang dianalisa dan chromatography column. RP-HPLC bekerja dengan prinsip
hydrophobic interaksi yang diakibatkan oleh kakas tolak antara suatu bahan
pelarut non-polar, analyte non-polar, dan fase keseimbangan non-polar. HPLC,
yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘Kromatografi Cair Kinerja Tinggi’ memiliki
fasa gerak cair dan fasa diam cair amupun padat.
Laju aliran fasa gerak pada HPLC ini
dipercepat dengan pompa bertekanan tinggi. Sebelum 1970′s, hanya sedikit
chromatographic yang di pakai oleh masyarakat umum, hanya tersedia untuk
ilmuwan laboratorium. Selama 1970, kebanyakan separasi kimia dilaksanakan
menggunakan berbagai teknik mencakup open-column chromatography, kertas
chromatography, dan thin-layer chromatography. Bagaimanapun, kromatografi ini
tidak cukup untuk hitungan resolusi dan campuran antara campuran yang serupa.
Selama waktu ini, cairan tekanan chromatography mulai untuk digunakan untuk
mengurangi flowthrough waktu, kemudian mengurangi pemurnian jam campuran yang
sedang terisolasi oleh kolom chromatogaphy. Bagaimanapun, laju alir
tidaklah konstant, dan pertanyaan apakah menjadi lebih baik untuk mempunyai
tekanan tetap atau laju alir tetap diperdebatkan. (Analytical Chem. vol 62, no.
19, oct 1 1990). Sekarang ini, orang mempunyai pilihan dalam mempertimbangkan
jenis kolom untuk pemisahan campuran, seperti halnya berbagai detektor untuk
menghubungkan dengan HPLC dalam rangka mendapatkan analisa optimal (menyangkut)
campuran itu. Kita berharap tinjauan ulang ini akan menyediakan suatu acuan
semua tingkat HPLC para pemakai yang akan mampu menemukan jawab cepat mengenai
permasalahan permasalahan HPLC. Walaupun HPLC secara luas dianggap sebagai
suatu teknik utama untuk biotechnological, biomedical, dan riset biokimia
seperti halnya untuk industri yang berkenaan dengan farmasi, bidang ini saat
ini berisikan hanya sekitar 50% Hplc Users..(Analytical Chem. vol 62, no. 19,
oct 1 1990). Sekarang Ini HPLC digunakan oleh berbagai bidang yang mencakup
kosmetik, energi, makanan, dan industri.
BAB
II
PROSEDUR KERJA
2.1 Alat dan bahan
a. Alat
yang digunakan
1. Wadah
fase gerak
2. Pompa
3. Unit
injeksi
4. Kolom
5. Detektor
b. Bahan
yang digunakan
1. Paramex
2. Paracetamol
3. Panadol
2.2 Prosedur kerja
1. Paracetamol
(sampel) digerus sampai halus dengan menggunakan alat penggerus.
2. Paracetamol
yang sudah halus ditimbang sebanyak 500,1 mgr
3. Sampel
yang sudah halus dilarutkan dengan air panas sebanyak 250 ml lalu di aduk
hingga homogeny
4. Larutan
tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring
5. Larutan
tersebut dipipet dari aquator sebanyak 10 ml
6. Kemudian
larutan yang sudah disaring tersebut dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml
7. Kemudian
dipipet FG CH3COOH 60 % sampai batas
8. Larutan
tersebut siap untuk diinjeksikan kedalam alat HPLC.
BAB III
GAMBAR RANGKAIAN
3.1
Gambar
Peralatan
Satu set peralatan HPLC
Pipet
tetes Pipet volum Gelas ukur
Beaker
glass
3.2
Gambar
Rangkaian
Wadah Fase gerak dan Fase
gerak
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam
(inert).Wadah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai
wadah fase gerak.Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai
2 liter pelarut.Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut
yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan
resolusi.
Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam.Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit.
Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam.Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit.
Tempat penyuntikan sampel
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan
secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom
menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup
teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau
eksternal.
Kolom dan Fase diam
Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom
konvensional dan kolom mikrobor. Kolom merupakan bagian HPLC yang mana
terdapat fase diam untuk berlangsungnya proses pemisahan solut/analit.
Detektor HPLC
Detektor
pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor universal (yang
mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat
selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor spektrometri massa; dan
golongan detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara
spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, detector fluoresensi, dan
elektrokimia.
BAB
IV
DATA PENGAMATAN
4.1 Data
Pengamatan
Data
pengamatan pada Paracetamol :
1.
Peak
A : tA = 1,5
cm = 15
mm = 6 menit
tm = 1 cm = 10 mm = 4 menit
WA = 1,25cm = 12,5 mm = 5 menit
WH = 1,3 cm = 13 mm = 5,2 menit
2.
Peak
B : tB = 1,45
cm = 14,5
mm = 5,8 menit
tm = 0,9 cm = 9 mm = 3,6 menit
WB = 1 cm = 10
mm = 4 menit
WH =
1,6 cm = 16 mm = 6,4 menit
3.
Peak
C : tC = 1,5
cm = 15 mm = 6 menit
tM = 1 cm = 10 mm = 4 menit
WC = 1,2 cm = 12 mm = 4,8 menit
WH = 1,5 cm = 15 mm = 6
menit
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
dari percobaan ini adalah
1. Sampel yang dianalisa pada percobaan kali ini adalah
paracetamol, dimana yang dianalisa adalaha analisa ETDH.
2. Semakin besar luas area sampel maka
semakin besar pula konsentrasinya.
3. Besar
konsentrasi sampel yang dianalisa pada percobaan kali ini adalah 10 ppm, 20
ppm, dan 30 ppm.
6.2 Saran
1. Dalam praktikum praktikan harus
bekerja dengan teliti agar hasil yang diinginkan sesuai yang diharapkan
2. Sebelum
menghidupkan alat HPLC sebaiknya alat dikalibrasi terlebih dahulu
DAFTAR PUSTAKA
Barul, Adil. 2011. Diktat Kimia Analisa Instrument, PTKI
Medan
Ratmayani, K. 2008. Penentuan Kadar Glukosa Dan Fruktosa Pada Madu Randu Dan Madu Kelengkeng
Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Universitas Udayana : Bukit
Jimbaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar